SUDAH
; kunamai itu Cinta
Oleh: Puteri Angin Utara
Bunga tanpa nama
Yang bersembunyi ditepi jalan
Mekar
Aku tak melihatnya saat itu
Sebab debu debu
Lebih pekat dari jelaga
Menutupi netra
Seketika
Aku tersandung, jatuh, dan teriak
Sebab kerikil kerikil terserak
Mereka terbahak
Aku berduka
Debu dimataku mencair
Sekarang lebih seperti maskara yang meleleh
Berantakan pipiku, penuh jejak hitam
Seperti dicumbu kegelapan
Aku terisak lagi
Kukira tak ada yg mendengarku, namun
Bunga tanpa nama itu
Semakin mekar dan wangi
Baik, baik, sekarang aku melihatnya!
Seperti membuka awan
Pada matahari yang lupa terbit saat dibungkus musim hujan
Aku mulai menyembunyikan sepi
Meski kudapatkan ketakutan yang lebih
Akan
Bunga tanpa nama
Yang bersembunyi di tepi jalan
Ia sedang mekar
Masih, dan akan selalu
Aku
Hangat
Dibuatnya, bunga
Jakarta, 16.12.15
2105
Yang bersembunyi ditepi jalan
Mekar
Aku tak melihatnya saat itu
Sebab debu debu
Lebih pekat dari jelaga
Menutupi netra
Seketika
Aku tersandung, jatuh, dan teriak
Sebab kerikil kerikil terserak
Mereka terbahak
Aku berduka
Debu dimataku mencair
Sekarang lebih seperti maskara yang meleleh
Berantakan pipiku, penuh jejak hitam
Seperti dicumbu kegelapan
Aku terisak lagi
Kukira tak ada yg mendengarku, namun
Bunga tanpa nama itu
Semakin mekar dan wangi
Baik, baik, sekarang aku melihatnya!
Seperti membuka awan
Pada matahari yang lupa terbit saat dibungkus musim hujan
Aku mulai menyembunyikan sepi
Meski kudapatkan ketakutan yang lebih
Akan
Bunga tanpa nama
Yang bersembunyi di tepi jalan
Ia sedang mekar
Masih, dan akan selalu
Aku
Hangat
Dibuatnya, bunga
Jakarta, 16.12.15
2105
No comments:
Post a Comment