Tak kunjung menjelma, bayangan di
malam itu
Berlari mengejarku, tanpa mengikuti jejakku
Bagaimana bisa temukan aku?
aku rindu benci
Berlari mengejarku, tanpa mengikuti jejakku
Bagaimana bisa temukan aku?
aku rindu benci
Pada sehelai daun itu kau menari
Saat fajar masih terlelap
Kau pikir gelap adalah rumahmu?
lalu aku ini apa?
Saat fajar masih terlelap
Kau pikir gelap adalah rumahmu?
lalu aku ini apa?
kau wujudkan rupamu saat berpaling
Ingin kugenggam jemarimu
Sambil kusayat nadi tanganmu
Bukankah kau tak akan mati?
Ingin kugenggam jemarimu
Sambil kusayat nadi tanganmu
Bukankah kau tak akan mati?
Mati adalah hidupmu bukan?
hampa adalah nafasmu
Dan jika kucabik seluruh ragamu
Bukankah aku tak berdosa?
hampa adalah nafasmu
Dan jika kucabik seluruh ragamu
Bukankah aku tak berdosa?
Aku hanya ingin mendengar teriakanmu
Airmata mengalir sungai dipipimu
Bahkan jika kau mati lagi
Surga tetap kau genggam
Kau terlampau sempurna
Airmata mengalir sungai dipipimu
Bahkan jika kau mati lagi
Surga tetap kau genggam
Kau terlampau sempurna
Jakarta,
11 januari 2015
11 januari 2015
No comments:
Post a Comment