Oleh: Lia Herliawati
Ada laba-laba menatapku dengan sinis
di sudut langit-langit
Pekat warnanya, dan mulutnya menganga
Kubenamkan wajahku di balik selimut, dan berharap dia tak mencium aroma nafasku yang ketakutan
Pekat warnanya, dan mulutnya menganga
Kubenamkan wajahku di balik selimut, dan berharap dia tak mencium aroma nafasku yang ketakutan
Ku intip dia lewat celah jemari
tangan
Sesekali aku bergumam,
Datanglah peri, rubahlah dia menjadi cicak saja
Agar warnanya sedikit terang
Datanglah peri, rubahlah dia menjadi cicak saja
Agar warnanya sedikit terang
Oohh,, aku tak berani mematikan
lampu
Aku takut tiba-tiba dia hinggap diwajahku
Aku takut tiba-tiba dia hinggap diwajahku
Uuuhh... matanya yang tajam membuatku sekarat
Ingin rasanya membanting dinding ini dan membunuhnya, tapi aku bukan psikopat.
Ingin rasanya membanting dinding ini dan membunuhnya, tapi aku bukan psikopat.
Laba-laba, pulanglah..
Ini bukan rumahmu dan aku tak pernah mengundangmu.
Kupejamkan mataku, namun ketakutan memagari kelopak mataku,
Ini bukan rumahmu dan aku tak pernah mengundangmu.
Kupejamkan mataku, namun ketakutan memagari kelopak mataku,
kuputuskan untuk
tidur diruang tamu,
Dan ku kunci kamarku, biar dia tak menghampiriku...
Aahhh.. laba-laba
Dan ku kunci kamarku, biar dia tak menghampiriku...
Aahhh.. laba-laba
Jakarta,
7 Desember 2014
No comments:
Post a Comment