Oleh: Lia Cgs

Entah mengapa...
Tiba-tiba sinar mentari bertanya
Pada butir embun yang baru saja kupetik pagi ini
Tentang rindu yang selalu sakit
Lalu pelukanmu mengobatinya
Mengapa waktu tak bisa berlari cepat untuknya?
Entah mengapa...
Tiba-tiba angin bertanya
Pada pohon yang membuatku teduh siang ini
Tentang sepotong maret
Saat hujan telah reda
Kau datang tanpa suara
menjamah hatiku tanpa sabda
Mengapa waktu tak mulai berlari juga?
Entah mengapa...
Senja pun turut bertanya
Pada camar yang bersorak
Tentang setetes rindu yang melegakan harap
Saat genggaman sudah cukup kuat
Dalam ikatan yang begitu erat
Mengapa semuanya terasa begitu lambat?
Lalu entah mengapa...
Tiba-tiba lamunan malam mencubitku
Lalu kulihat matamu pada bintang
dan senyummu menyabit di gemilang rembulan
Kucoba merangkul pusaran waktu agar ia berlari cepat
Namun tetap saja begitu lama
Sementara aku menunggumu...
Kutemui malaikat-malaikat tak bersayap
Satu milikku dan yang lainnya milikmu
Mereka menyapa serabut mimpi kita
Melayangkan beberapa lembar doa
Lalu menitipkannya pada langit
Agar lebih cepat tiba di perkenan Sang Maha Cinta
Hey,
Hati ini adalah pohon yang rimbun
Yang membuat cabang-cabangnya bertambah tunas
Setiap kali merindukanmu
Jakarta,
12 April 2015
No comments:
Post a Comment