Tuesday 11 March 2014

tafsir menjaga kelestarian lingkungan hidup

A.   Surat Ar-Rum : 41-42
1.     Teks ayat
  
2.     Terjemahan Ayat
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41) Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (42)
3.     Kosa Kata

4.     Pembahasan Ayat
Sikap kaum musyrikin yang mempersekutukan Allah, dan mengabaikan tuntunan-tuntunan agama, berdampak buruk terhadap diri mereka, masyarakat dan lingkungan. Ini di jelaskan oleh ayat diatas dengan menyatakan :  Telah tampak kerusakan di darat seperti kekeringan, paceklik, hilangnya rasa aman, dan di laut seperti ketertenggelaman, kekurangan hasil laut dan sungai,  disebabkan karena perbuatan tangan manusia yang durhaka, sehingga akibatnya Allah mencicipkan yakni merasakan sedikit kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan dosa dan pelanggaran mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.
Kata tygsß pada mulanya berarti terjadinya sesuatu di permukaan bumi. Sehingga, karena dia di permukaan bumi, maka menjadi Nampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Lawannya adalah bathana yang berarti terjadinya sesuatu di perut bumi, sehingga tidak Nampak. Kata zahara pada ayat diatas dalam arti banyak dan tersebar.  
Kata Š$|¡xÿø9$# menurut al-Ashfahani adalah keluarnya sesuatu darikeseimbangan, baik sedikit maupun banyak. Kata ini dipergunakan menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain. Ia juga diartikan sebagai antonim dari  ash-shalah yang berarti manfaat atau berguna. Sementara ulama membatasi pengertian Š$|¡xÿø9$# pada ayat ini dalam arti tertentu seperti kemusyrikan atau pembunuhan Qabil terhadap Habil dan lain-lain. Beberapa ulama kontemporer memahaminya dalam arti kerusakan lingkungan, karena ayat di atas mengaitkan Š$|¡xÿø9$# tersebut dengan kata darat dan laut.[1]
Ibnu Abbas dan Ikrimah mengatakan, ÎhŽy9ø9$# maksudnya adalah al-Fayafi (padang pasir), sedangkan   óst7ø9$#u    maksudnya adalah kota dan kampung-kampung. Ulama yang lain mengatakan bahwa  ÎhŽy9ø9$# maksudnya adalah daratan sebagaimana yang diketahui, sedangkan   óst7ø9$#u   adalah lautan sebagaimana diketahui.
Dalam Shahih Bukhari dan muslim disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
إنّ الْفَاجِرَ إذَا مَاتَ يَسْتَرِيْحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
“Apabila orang durhaka mati maka manusia, negeri, pepohonan, dan binatang ternak dapat beristirahat dengan tenang.”
  Allah Ta’ala menimpakan berbagai musibah seperti  kekurangan harta benda, hilangnya keamanan, kurangnya buah-buahan dan berbagai musibah lainnya adalah “Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,” dan mereka kembali dari kemaksiatan menuju jalan yang benar. Hanya saja kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang musyrik.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu’” sebelum kamu. “kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan.” Perhatikanlah azab yang telah menimpa mereka lantaran mendustakan para rasul dan kufur terhadap nikmat.[2]
Sanksi dan perusakan itu tidak hanya dialami oleh masyarakat Mekah, tetapi ia merupakan sunnatullah bagi siapa saja yang melanggar, baik dahulu, kini, dan akan datang. Untuk itu wahai Nabi Muhammad saw., katakanlah kepada siapapun yang meragukan hakikat di atas bahwa : “berjalanlah di muka bumi dan di wilayah manapun kaki kamu membawa kamu, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Jika kamu memperhatikan dengan mata kepala atau pikiran, kamu pasti melihat puing-puing kehancuran mereka. Itu disebabkan karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah sehingga kebanyakan pula melakukan kedurhakaan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan serta merajalela kedurhakaannya.
5.     Kesimpulan/ Pesan Ayat
Pada ayat 41 terdapat penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan adalah akibat perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia dan karenanya manusia harus segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam.
 Pada ayat 42 menerangkan tentang perintah untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu. Berbagai bencana yang menimpa umat-umat terdahulu adalah disebabkan perbuatan dan kemusyrikan mereka, mereka tidak maumenghambakan diri kepadaAllah, justru kepada selain Allah dan hawa nafsu mereka. Tanah longsor, banjir, dan udara serta air yang tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya. Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini sering kali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji umat Islam dilarang menebang pohon-pohon dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi.
B.   Surat  Al-A’raf : 56-58
1.     Teks Ayat
2.     Terjemahan Ayat
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.(56)
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.(57)
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (58)

3.     Kosa kata
4.     Pembahasan Ayat
Ayat 56 melarang pengrusakan di bumi dengan menyatakan : Dan janganlah kamu  membuat kerusakan di bumi, sesudah perbaikannya yang dilakukan oleh Allah dan atau sisapapun dan berdoalah serta beribadahlah kepada-Nya dalam keadaan takut sehingga kamu lebih khusyu’, dan lebih terdorong untuk mentaati-Nya dan dalam keadaan penuh harapan terhadap anugerah-Nya, termasuk pengabulan do’a kamu. Sesungguhnya rahmatAllah amat dekat kepada al-muhsinin, yakni orang-orang yang berbuat baik.
Alam raya telah diciptakan Allah swt. dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi, dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, bahkan memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memperbaikinya.
Salah satu bentuk perbaikan yang dilakukan Allah, adalah dengan mengutus para nabi untuk meluruskan dan memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat. Siapa yang tidak menyambut kedatangan rasul, atau menghambat misi mereka, maka dia telah melakukan salah satu bentuk pengrusakan di bumi.
Merusak setelah memperbaiki, jauh lebih buruk daripada merusaknya sebelum diperbaiki, atau pada saat dia buruk. Karena itu, ayat ini secara tegas menggaris bawahi larangan tersebut, walaupun tentunya memperparah kerusakan atau merusak yang baik juga amat tercela.
Firman-Nya :   $·èyJsÛur $]ùöqyz çnqãã÷Š$#ur . ada yang memahaminya dalam arti “takut jangan sampai do’a tidak dikabulkan.” Pendapat ini tidak sejalan dengan anjuran Nabi saw. agar berdo’a disertai dengan keyakinan dan harapan penuh, kiranya Allah mengabulkan do’a. kepada Allah, orang harus mempunyai perasaan takut bercampur harapan, perasaan segan bercampur cinta, perasaan takut bila tak disenangi Allah, karena ini sama artinya dengan mengharapkan kasih sayang Allah.
Kata Muhsinin adalah bentuk jamak dari kata Muhsin. Bagi seorang manusia, sifat ini menggambarkan puncak kebaikan yang dapat dicapai. Yaitu pada saat ia memandang dirinya pada diri orang lain, sehingga ia memberi untuk orang lain itu apa yang seharusnya ia ambil sendiri. Sedang ihsan kepada Allah swt. adalah leburnya diri manusia sehingga ia hanya “melihat”Allah swt. karena itu pula, ihsan seorang manusia terhadap sesama manusia adalah, bahwa ia tidak melihat lagi dirinya dan hanya melihat orang lain. Siapa yang melihat dirinya pada posisi kebutuhan orang lain dan tidak melihat dirinya pada saat beribadah kepada Allah swt., maka dia itulah yang dinamai muhsin, dan ketika itu dia telah mencapai puncak dalam segala amalnya. Seorang muhsin lebih tinggi kedudukannya daripada seorang yang adil, karena yang adil menuntut semua haknya dan tidak menahan hak orang lain, ia memberinya sesuai kadar yang sebenarnya, sedang yang muhsin, memberi lebih banyak daripada yang seharusnya dia beri, dan rela menerima apa yang kurang dari haknya.
Dalam ayat 57 terdapat kata rahmat, rahmat disini berarti hujan. Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, yakni angin yang bertiup membawa awan yang mengandung hujan. Menghidupkan orang yang mati rohaninya dengan al-Quran selalu diibaratkan menghidupkan bumi yang mati dengan hujan. Angin yang membawa kabar baik ialah kemajuan agama islam yang kian hari kian bertambah kuat.
Dalam ayat 58 wahyu diibaratkan hujan, dan baik buruknya kodrat manusia diibaratkan dengan baik buruknya tanah. Jika orang tidak mengambil keuntungan dari wahyu, adalah kesalahan orang itu sendiri, bukan kesalahan wahyu, sama halnya seperti tanah yang tak mengambil faedahnya hujan, tanah itu akan tandus.

5.     Kesimpulan / Pesan Ayat
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan.
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi.
Salah satu karunia besar yang dilimpahkan Allah kepada hambanya ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat-Nya. Angin yang membawa awan tebal dihalau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya karena tidak ada air, sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan kepada penduduk  yang menderita lapar dan haus. Lalu dia menurunkan hujan yang lebat di negeri itu sehingga negeri yang hampir mati tersebut menajdi subur kembali dan penuh berisi air. Dengan demikian, Dia telah menghidupkan penduduk tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang berlimpah ruah.
C.   Surat Shad : 27
1.     Teks Ayat
      
2. Terjemahan Ayat
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”

3.     Kosa kata
4.     Pembahasan Ayat
Ayat diatas menyatakan : Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada antara keduanya, seperti udara, dan tentu tidak juga Kami menciptakan kamu semua dengan bathil, yakni sia-sia tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir , dan karenanya mereka berkata bahwa hidup berakhir di dunia ini; tidak akan ada perhitungan, juga tidak ada surga dan neraka, maka kecelakaan yang amat besar menimpa orang-orang kafir akibat dugaannya itu karena mereka akan masuk neraka.
Kata xÏÜ»t/ dapat berarti sia-sia tanpa tujuan atau dengan permainan. Seandainya penciptaan alam ini tanpa tujuan yang haq, itu berarti apa yang dilakukan Allah swt. menyangkut kehidupan dan kematian makhluk, serta penciptaan serta pemusnahannya,  semua dilakukan-Nya tanpa tujuan. Tetapi, karena itu bukan permainan, bukan juga tanpa tujuan, pasti Yang Mahakuasa itu membedakan antara yang berbuat baik dan buruk, lalu memberi ganjaran balasan sesuai amal perbuatan masing-masing.
   
Allah SWT memberitahukan bah wa Dia tidak menciptakan makhluk kecuali agar mereka semua mengabdi kepada-Nya dan mengesakan-Nya. Kemudian, Dia akan mengumpulkan mereka semua dihari Kiamat, lalu masing-masing akan dibalas dengan sesuatu yang memang haknya. Itulah sebabnya Allah SWT berfirman, “dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir terhadap hari berbangkit dan hari kembali. Maka, celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” Yaitu kebinasaanlah untuk mereka dihari kiamat nanti dari api neraka yang kini tengah menunggu mereka.

5.     Kesimpulan / Pesan Ayat
Allah SWT menjelaskan bahwa dia menjadikan langit, bumi dan makhluk apa saja yang berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari malam ke malam serta bumi tempat tinggal manusia, baik yang tampak di permukaannya maupun yang tersimpan di dalamnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendaknya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.
Sedangkan orang- orang kafir jauh dari rahmat Allah sebagai akibat dari melanggar larangan-larangannya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari dalam kuburnya dan akan dihimpun di padang mahsyar untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim terhadap lingkungannya.

D.   Surat Al-Furqaan : 45-50
1.     Teks Ayat
      
2.Terjemahan Ayat
Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu, (45)
Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami[3] dengan tarikan yang perlahan-lahan. (46)
Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.(47)
Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang Amat bersih,(48)
Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.(49)
Dan Sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); Maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).(50)


3.     Kosa kata
4.     Pembahasan Ayat
Ayat 45 menyatakan bahwa : Apakah engkau tidak memerhatikan penciptaan Tuhanmu bagaimana Dia membentangkan bayang-bayang di pagi hari dan juga memendekkannya sesuai terpaan cahaya matahari ; dan kalau Dia menghendaki, niscaya dia menjadikan bayang-bayang itu tetap  tidak bergerak dan tidak berubah-ubah. Tetapi Allah tidak menghendaki ia menjadi demikian agar makhluk memperoleh manfaat yang banyak di balik ketentuan-Nya yang berlaku dewasa ini. Kemudian bukti kekuasaan Allah yang lebih hebat lagi dari keadaan bayang-bayang itu adalah Kami Yang Mahakuasa menjadikan kemunculan cahaya matahari atasnya, yakni atas bayang-bayang itu, sebagai bukti adanya bayangan. Karena, dengan sinar matahari, bayangan menghilang. Kemudian, yang lebih hebat dari itu adalah kuasa Kami menggenggamnya yakni menghilangkan bayang-bayang itu kepada Kami dan dengan kuasa Kami Itu Kami lakukan dengan genggaman perlahan-lahan tidak sekaligus.
Firman Allah “Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang”  yaitu antara terbit fajar hingga terbitnya matahari. “dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu,” yaitu Allah bisa menjadikan bayang-bayang itu tetap tidak bergerak karena tidak terbitnya matahari atau tidak tenggelamnya matahari, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Qashash ayat 71 dan 72:
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat?"….
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat?"….
Firman Allah “kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu”, karena jika tidak ada matahari maka kita tidak akan mengetahui bayang-bayang, seperti halnya kita tidak akan mengetahui kegelapan jika tidak ada cahaya, dan juga kita tidak akan pernah mengetahui sesuatu jika kita tidak tahu kebalikannya.
“Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami[4] dengan tarikan yang perlahan-lahan.” Yakni bayang-bayang itu dihapuskan secara perlahan-lahan sesuai dengan perjalanan cahaya matahari. #ZŽÅ¡o $VÒö6s%   yakni lebih mudah dari sesuatu yang paling mudah.
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian” yakni yang menutupi bagaikan pakaian. “dan tidur untuk istirahat” yakni istirahat bagi tubuh setelah selesai dari bekerja.  “dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” Yaitu untuk mencari rezeki dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya.

5.     Kesimpulan / Pesan Ayat
Allah sebagai Tuhan semesta alam telah menurunkan berbagai rahmat-Nya berupa adanya matahari sehingga terjadi waktu malam untuk tidur dan waktu siang untuk kembali berusaha, angin yang membawa awan hujan sehingga terjadi hujan, kemudian air hujan itu menyuburkan tanah yang tandus, dan air itu pun dapat diminum oleh makhluk-Nya (manusia, binatang dan tumbuhan). Allah mempenggilirkan waktu hujan supaya makhluk-Nya dapat mengambil pelajaran,  akan tetapi banyak manusia yang mengingkari nikmat dari-Nya. Karena itu sebagai makhluk-Nya, hendaknya bersyukur dan menjaga kelestarian lingkungan.

E.    Surat Al-Baqarah : 204-206
1.     Teks Ayat


2.     Terjemahan Ayat
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.(204)
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan[5].(205)
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.(206)


3.     Kosa kata
4.     Asbab Al-Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ketika rombongan pasukan yang di dalamnya terdapat Ashim dan Martsad kalah perang, dua orang munafik berkata, ‘rugilah orang-orang yang tertipu dan binasa seperti itu. Mereka tidak duduk bersama keluarga, tidak juga menunaikan tugas pemimpinnya.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya,
‘Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu….’”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, “Ayat ini turun pada Al-Akhnas bin Syariq. Dia pernah mendatangi Nabi saw. dan menampakkan keislamannya. Maka, hal itu membuat Nabi saw. merasa takjub. Kemudian dia pergi dari hadapan Nabi saw.. Di perjalanan dia melihat tanaman milik orang-orang muslim dan beberapa ekor keledai. Lalu dia membakar kebun itu dan membunuh keledai-keledainya. Maka Allah menurunkan ayat 204 surah al-Baqarah.”[6]

5.     Pembahasan Ayat
Yang pertama dilukiskan Allah dalam ayat 204 adalah isi hati, ucapan, dan tindakan mereka, yakni bahwa tutur bahasa, analisis, atau dalih-dalih mereka mengagumkan karena sangat pandai mengemas nilai buruknya dalam kemasan yang sangat indah sehingga melahirkan rasa kagum. Kamu kagum terhadap mereka dalam kehidupan dunia ini, tapi tidak diakhirat nanti karena didunia isi hati mereka belum terbongkar, kebohongan mereka belum terungkap, tetapi kelak diakhirat kekaguman itu akan sirna karena niat buruk serta kebohongan mereka menjadi sangat jelas. Yang menjadikan kamu lebih kagum sekaligus tertipu karena dia mempersaksikan Allah atas kebenaran isi hatinya, yakni bahwa lahirnya sesuai dengan bathinnya, padahal dia adalah penentang yang paling keras yang terus-menerus menentang dan berbicara untuk mengelabui kamu.
Firman Allah Ta’ala wayusyhidullaaha…… di baca yasyhada oleh ibnu muhishin dengan arti bahwa orang ini menampilkan muslihat kepada anda, namun Allah mengetahui keburukan yang ada dalam hatinya.[7]
Jumhur Ulama membacanya dengan wayusyhidullaaha yang berarti orang munafik menampakkan keislaman kepada khalayak dan Allah membuka kekafiran dan kenifakan yang ada dalam hatinya. Ada pula yang berpendapat bahwa orang munafik itu bersumpah dengan nama Allah bahwa apa yang ada dalam hatinya itu sejalan dengan lisannya. Pendapat ini shahih.
Secara etimologis al-aladd berarti ‘yang paling bengkok’. Demikianlah keberadaan orang munafik ketika berdebat. Dia berdusta, menyimpang dari kebenaran, dan tidak konsisten dari kebenaran itu.
Ayat 205  berkenaan dengan sifat-sifat orang munafik, dimana mereka selalu berusaha menghancurkan sawah ladang kaum muslim. Perilaku kerusakan disini memang bukan untuk memperkaya dirinya, namun terdorong oleh kebencian kepada umat muslim. Meski begitu term halaka disini berarti merusak sawah ladang dan tanaman-tanaman atas dasar kebencian juga mencakup segala perbuatan yang tidak bermanfaat, termasuk merusak lingkungan. Term sa’a secara etimologis berarti berjalan dengan cepat, tapi pada ayat ini kata sa’a menunjukkan sebuah usaha yang mengarah pada perusakan lingkungan.
Dalam ayat selanjutnya dijelaskan apabila ia berpaling, yakni meninggalkan kamu ke tempat lain sehingga kamu tidak bersama mereka, ia berjalan, giat dan bersungguh-sungguh di seluruh penjuru bumi untuk melakukan kerusakan padanya sehingga akhirnya dia merusak tanam-tanaman yang dikelola manusia, dan binatang ternak. maksudnya ia giat menyebarkan isu negatif dan kebohongan serta melakukan aktivitas yang berakibat kehancuran dan kebinasaan masyarakat. Sungguh Allah akan menjatuhkan siksa kepada mereka karena Allah tidak menyukai pengrusakan.

6.     Kesimpulan / Pesan Ayat

Pada ayat 204 menjelaskan mengenai orang yang ucapan, isi hati, dan tindakan mereka yang membuat orang lain kagum, tetapi kekaguman itu akan sirna ketika isi hati dan kebohongan mereka terbongkar di akhirat.
Pada ayat 205 menjelaskan bahwa Allah tidak suka dan akan menyiksa orang-orang yang berbuat kerusakan terhadap dirinya, orang lain, dan alam sekitarnya contohnya seperti sawah, ladang, dan tanaman-tanaman.
Ayat 206 menjelaskan tentang sikap orang kafir yang apabila diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah maka mereka senantiasa sombong, kemudian kesombongannya itu menyebabkan dia berbuat dosa. Maka balasan terhadap orang tersebut adalah neraka jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat tinggal.






[1] M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati, 2002) vol.11, h. 76
[2] Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, penerjemah: Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), jil.3, h.771-772
[3] Maksudnya: bayang-bayang itu Kami hapuskan dengan perlahan-lahan sesuai dengan terbenamnya matahari sedikit demi sedikit.
[4] Maksudnya: bayang-bayang itu Kami hapuskan dengan perlahan-lahan sesuai dengan terbenamnya matahari sedikit demi sedikit.
[5] Ungkapan ini adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha menggoncangkan iman orang-orang mukmin dan selalu Mengadakan pengacauan.
[6] Jalaluddin As-suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani, 2008), h.84
[7] Seperti firman Allah, “ apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, ‘kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar rasul Allah ‘. Dan Allah mengetahui bahwa sesumgguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (Al-Munafiqun : 1)

No comments:

Post a Comment