A.
Surat
Ar-Rum : 41-42
1.
Teks
ayat
2.
Terjemahan
Ayat
“Telah nampak kerusakan di darat
dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar). (41) Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi
dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan
dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (42)
3.
Kosa
Kata
4.
Pembahasan
Ayat
Sikap kaum
musyrikin yang mempersekutukan Allah, dan mengabaikan tuntunan-tuntunan agama,
berdampak buruk terhadap diri mereka, masyarakat dan lingkungan. Ini di
jelaskan oleh ayat diatas dengan menyatakan : Telah tampak kerusakan di darat seperti
kekeringan, paceklik, hilangnya rasa aman, dan di laut seperti
ketertenggelaman, kekurangan hasil laut dan sungai, disebabkan karena perbuatan tangan manusia yang
durhaka, sehingga akibatnya Allah mencicipkan yakni merasakan sedikit kepada
mereka sebagian dari akibat perbuatan dosa dan pelanggaran mereka,
agar mereka kembali ke jalan yang benar.
Kata
tygsß pada mulanya
berarti terjadinya sesuatu di permukaan bumi. Sehingga, karena dia di
permukaan bumi, maka menjadi Nampak dan terang serta diketahui dengan jelas.
Lawannya adalah bathana yang berarti terjadinya sesuatu di perut
bumi, sehingga tidak Nampak. Kata zahara pada ayat diatas dalam arti
banyak dan tersebar.
Kata
$|¡xÿø9$# menurut al-Ashfahani adalah keluarnya sesuatu darikeseimbangan,
baik sedikit maupun banyak. Kata ini dipergunakan menunjuk apa saja, baik
jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain. Ia juga diartikan sebagai antonim dari ash-shalah yang berarti manfaat atau
berguna. Sementara ulama membatasi pengertian $|¡xÿø9$# pada ayat ini
dalam arti tertentu seperti kemusyrikan atau pembunuhan Qabil terhadap
Habil dan lain-lain. Beberapa ulama kontemporer memahaminya dalam arti
kerusakan lingkungan, karena ayat di atas mengaitkan $|¡xÿø9$# tersebut
dengan kata darat dan laut.[1]
Ibnu Abbas dan
Ikrimah mengatakan, Îhy9ø9$# maksudnya
adalah al-Fayafi (padang pasir), sedangkan óst7ø9$#u maksudnya adalah kota dan
kampung-kampung. Ulama yang lain mengatakan bahwa Îhy9ø9$# maksudnya adalah daratan sebagaimana yang diketahui,
sedangkan óst7ø9$#u adalah lautan sebagaimana diketahui.
Dalam Shahih
Bukhari dan muslim disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
إنّ
الْفَاجِرَ إذَا مَاتَ يَسْتَرِيْحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ
وَالدَّوَابُّ
“Apabila orang durhaka
mati maka manusia, negeri, pepohonan, dan binatang ternak dapat beristirahat
dengan tenang.”
Allah Ta’ala menimpakan berbagai musibah seperti
kekurangan harta benda, hilangnya
keamanan, kurangnya buah-buahan dan berbagai musibah lainnya adalah “Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,” dan
mereka kembali dari kemaksiatan menuju jalan yang benar. Hanya saja kebanyakan
dari mereka adalah orang-orang yang musyrik.
Kemudian Allah
Ta’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Adakanlah perjalanan di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu’” sebelum kamu.
“kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan.”
Perhatikanlah azab yang telah menimpa mereka lantaran mendustakan para rasul
dan kufur terhadap nikmat.[2]
Sanksi dan
perusakan itu tidak hanya dialami oleh masyarakat Mekah, tetapi ia merupakan
sunnatullah bagi siapa saja yang melanggar, baik dahulu, kini, dan akan datang.
Untuk itu wahai Nabi Muhammad saw., katakanlah kepada siapapun yang
meragukan hakikat di atas bahwa : “berjalanlah di muka bumi dan
di wilayah manapun kaki kamu membawa kamu, lalu perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang terdahulu. Jika kamu memperhatikan dengan mata
kepala atau pikiran, kamu pasti melihat puing-puing kehancuran mereka. Itu
disebabkan karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
mempersekutukan Allah sehingga kebanyakan pula melakukan kedurhakaan yang
mengakibatkan kerusakan lingkungan serta merajalela kedurhakaannya.
5.
Kesimpulan/
Pesan Ayat
Pada ayat 41 terdapat penegasan Allah bahwa berbagai
kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan adalah akibat perbuatan
manusia. Hal tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia dan karenanya
manusia harus segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan
timbulnya kerusakan di daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan
baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam.
Pada ayat 42
menerangkan tentang perintah untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu.
Berbagai bencana yang menimpa umat-umat terdahulu adalah disebabkan perbuatan
dan kemusyrikan mereka, mereka tidak maumenghambakan diri kepadaAllah, justru
kepada selain Allah dan hawa nafsu mereka. Tanah longsor, banjir, dan udara
serta air yang tercemar adalah buah kelakuan manusia yang justru merugikan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa
menjaga lingkungan. Hal ini sering kali tercermin dalam beberapa pelaksanaan
ibadah, seperti ketika menunaikan ibadah haji umat Islam dilarang menebang pohon-pohon
dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan
membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan
di muka bumi.
B.
Surat Al-A’raf : 56-58
1.
Teks
Ayat
2.
Terjemahan
Ayat
“Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.(56)
Dan Dialah
yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami
halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka
Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti
Itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran.(57)
Dan tanah
yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang
tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (58)
3.
Kosa
kata
4.
Pembahasan
Ayat
Ayat
56 melarang pengrusakan di bumi dengan menyatakan : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi, sesudah
perbaikannya yang dilakukan oleh Allah dan atau sisapapun dan berdoalah serta
beribadahlah kepada-Nya dalam keadaan takut sehingga kamu lebih khusyu’,
dan lebih terdorong untuk mentaati-Nya dan dalam keadaan penuh harapan
terhadap anugerah-Nya, termasuk pengabulan do’a kamu. Sesungguhnya
rahmatAllah amat dekat kepada al-muhsinin, yakni orang-orang yang berbuat
baik.
Alam
raya telah diciptakan Allah swt. dalam keadaan yang sangat harmonis, serasi,
dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, bahkan
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk memperbaikinya.
Salah
satu bentuk perbaikan yang dilakukan Allah, adalah dengan mengutus para nabi
untuk meluruskan dan memperbaiki kehidupan yang kacau dalam masyarakat. Siapa
yang tidak menyambut kedatangan rasul, atau menghambat misi mereka, maka dia
telah melakukan salah satu bentuk pengrusakan di bumi.
Merusak
setelah memperbaiki, jauh lebih buruk daripada merusaknya sebelum diperbaiki,
atau pada saat dia buruk. Karena itu, ayat ini secara tegas menggaris bawahi
larangan tersebut, walaupun tentunya memperparah kerusakan atau merusak yang
baik juga amat tercela.
Firman-Nya
: $·èyJsÛur $]ùöqyz
çnqãã÷$#ur .
ada yang memahaminya dalam arti “takut jangan sampai do’a tidak
dikabulkan.” Pendapat ini tidak sejalan dengan anjuran Nabi saw. agar berdo’a
disertai dengan keyakinan dan harapan penuh, kiranya Allah mengabulkan do’a.
kepada Allah, orang harus mempunyai perasaan takut bercampur harapan, perasaan
segan bercampur cinta, perasaan takut bila tak disenangi Allah, karena ini sama
artinya dengan mengharapkan kasih sayang Allah.
Kata
Muhsinin adalah bentuk jamak dari kata Muhsin. Bagi seorang
manusia, sifat ini menggambarkan puncak kebaikan yang dapat dicapai. Yaitu pada
saat ia memandang dirinya pada diri orang lain, sehingga ia memberi untuk orang
lain itu apa yang seharusnya ia ambil sendiri. Sedang ihsan kepada
Allah swt. adalah leburnya diri manusia sehingga ia hanya “melihat”Allah swt.
karena itu pula, ihsan seorang manusia terhadap sesama manusia adalah,
bahwa ia tidak melihat lagi dirinya dan hanya melihat orang lain. Siapa yang
melihat dirinya pada posisi kebutuhan orang lain dan tidak melihat dirinya pada
saat beribadah kepada Allah swt., maka dia itulah yang dinamai muhsin, dan
ketika itu dia telah mencapai puncak dalam segala amalnya. Seorang muhsin lebih
tinggi kedudukannya daripada seorang yang adil, karena yang adil menuntut semua
haknya dan tidak menahan hak orang lain, ia memberinya sesuai kadar yang
sebenarnya, sedang yang muhsin, memberi lebih banyak daripada yang seharusnya
dia beri, dan rela menerima apa yang kurang dari haknya.
Dalam
ayat 57 terdapat kata rahmat, rahmat disini berarti hujan. Dialah
yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, yakni angin yang
bertiup membawa awan yang mengandung hujan. Menghidupkan orang yang mati
rohaninya dengan al-Quran selalu diibaratkan menghidupkan bumi yang mati dengan
hujan. Angin yang membawa kabar baik ialah kemajuan agama islam yang kian hari
kian bertambah kuat.
Dalam
ayat 58 wahyu diibaratkan hujan, dan baik buruknya kodrat manusia diibaratkan
dengan baik buruknya tanah. Jika orang tidak mengambil keuntungan dari wahyu,
adalah kesalahan orang itu sendiri, bukan kesalahan wahyu, sama halnya seperti
tanah yang tak mengambil faedahnya hujan, tanah itu akan tandus.
5.
Kesimpulan
/ Pesan Ayat
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan
makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya.
Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain
semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan.
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka
bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja,
melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan
jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali
mereka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi,
padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi.
Salah satu karunia besar yang dilimpahkan Allah kepada
hambanya ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat-Nya. Angin
yang membawa awan tebal dihalau ke negeri yang kering dan telah rusak
tanamannya karena tidak ada air, sumur yang menjadi kering karena tidak ada
hujan, dan kepada penduduk yang
menderita lapar dan haus. Lalu dia menurunkan hujan yang lebat di negeri itu sehingga
negeri yang hampir mati tersebut menajdi subur kembali dan penuh berisi air. Dengan
demikian, Dia telah menghidupkan penduduk tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil
tanaman-tanaman yang berlimpah ruah.
C.
Surat
Shad : 27
1.
Teks
Ayat
2. Terjemahan
Ayat
“Dan
Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa
hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah
orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”
3.
Kosa
kata
4.
Pembahasan
Ayat
Ayat
diatas menyatakan : Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa
yang ada antara keduanya, seperti udara, dan tentu tidak juga Kami
menciptakan kamu semua dengan bathil, yakni sia-sia tanpa hikmah. Yang
demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir , dan karenanya mereka
berkata bahwa hidup berakhir di dunia ini; tidak akan ada perhitungan, juga
tidak ada surga dan neraka, maka kecelakaan yang amat besar menimpa
orang-orang kafir akibat dugaannya itu karena mereka akan masuk neraka.
Kata
xÏÜ»t/ dapat berarti sia-sia tanpa
tujuan atau dengan permainan. Seandainya penciptaan alam ini tanpa
tujuan yang haq, itu berarti apa yang dilakukan Allah swt. menyangkut
kehidupan dan kematian makhluk, serta penciptaan serta pemusnahannya, semua dilakukan-Nya tanpa tujuan. Tetapi,
karena itu bukan permainan, bukan juga tanpa tujuan, pasti Yang Mahakuasa itu
membedakan antara yang berbuat baik dan buruk, lalu memberi ganjaran balasan
sesuai amal perbuatan masing-masing.
Allah
SWT memberitahukan bah wa Dia tidak menciptakan makhluk kecuali agar mereka
semua mengabdi kepada-Nya dan mengesakan-Nya. Kemudian, Dia akan mengumpulkan
mereka semua dihari Kiamat, lalu masing-masing akan dibalas dengan sesuatu yang
memang haknya. Itulah sebabnya Allah SWT berfirman, “dan kami tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang
demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir terhadap hari berbangkit dan
hari kembali. Maka, celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk
neraka.” Yaitu kebinasaanlah untuk mereka dihari kiamat nanti dari api
neraka yang kini tengah menunggu mereka.
5.
Kesimpulan
/ Pesan Ayat
Allah SWT menjelaskan bahwa dia menjadikan langit, bumi dan
makhluk apa saja yang berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala
bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan
bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari malam ke malam serta
bumi tempat tinggal manusia, baik yang tampak di permukaannya maupun yang
tersimpan di dalamnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Kesemuanya
itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendaknya sebagai rahmat yang tak ternilai
harganya.
Sedangkan orang- orang kafir jauh dari rahmat Allah sebagai
akibat dari melanggar larangan-larangannya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka
akan dibangkitkan kembali dari dalam kuburnya dan akan dihimpun di padang
mahsyar untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim
terhadap lingkungannya.
D.
Surat
Al-Furqaan : 45-50
1.
Teks
Ayat
2.Terjemahan
Ayat
“Apakah
kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan
memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan
tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas
bayang-bayang itu, (45)
Kemudian
Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami[3]
dengan tarikan yang perlahan-lahan. (46)
Dialah
yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan
Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.(47)
Dia lah
yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang Amat bersih,(48)
Agar
Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami
memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami,
binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.(49)
Dan Sesungguhnya
Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil
pelajaran (dari padanya); Maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali
mengingkari (nikmat).(50)
3.
Kosa
kata
4.
Pembahasan
Ayat
Ayat 45 menyatakan bahwa : Apakah engkau tidak memerhatikan
penciptaan Tuhanmu bagaimana Dia membentangkan bayang-bayang di pagi
hari dan juga memendekkannya sesuai terpaan cahaya matahari ; dan kalau Dia
menghendaki, niscaya dia menjadikan bayang-bayang itu tetap tidak bergerak dan tidak berubah-ubah. Tetapi
Allah tidak menghendaki ia menjadi demikian agar makhluk memperoleh manfaat
yang banyak di balik ketentuan-Nya yang berlaku dewasa ini. Kemudian bukti
kekuasaan Allah yang lebih hebat lagi dari keadaan bayang-bayang itu adalah Kami
Yang Mahakuasa menjadikan kemunculan cahaya matahari atasnya, yakni
atas bayang-bayang itu, sebagai bukti adanya bayangan. Karena, dengan
sinar matahari, bayangan menghilang. Kemudian, yang lebih hebat dari itu
adalah kuasa Kami menggenggamnya yakni menghilangkan bayang-bayang itu kepada
Kami dan dengan kuasa Kami Itu Kami lakukan dengan genggaman
perlahan-lahan tidak sekaligus.
Firman Allah “Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan)
Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang” yaitu antara terbit fajar hingga
terbitnya matahari. “dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap
bayang-bayang itu,” yaitu Allah bisa menjadikan bayang-bayang itu tetap
tidak bergerak karena tidak terbitnya matahari atau tidak tenggelamnya
matahari, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Qashash ayat 71 dan 72:
“Katakanlah: "Terangkanlah
kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari
kiamat?"….
“Katakanlah: "Terangkanlah
kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat?"….
Firman Allah “kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk
atas bayang-bayang itu”, karena jika tidak ada matahari maka kita tidak
akan mengetahui bayang-bayang, seperti halnya kita tidak akan mengetahui
kegelapan jika tidak ada cahaya, dan juga kita tidak akan pernah mengetahui
sesuatu jika kita tidak tahu kebalikannya.
“Kemudian
Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami[4]
dengan tarikan yang perlahan-lahan.” Yakni bayang-bayang itu dihapuskan secara perlahan-lahan sesuai
dengan perjalanan cahaya matahari. #ZÅ¡o $VÒö6s% yakni lebih mudah dari sesuatu yang
paling mudah.
“Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian” yakni yang menutupi bagaikan
pakaian. “dan tidur untuk istirahat” yakni istirahat bagi tubuh setelah
selesai dari bekerja. “dan Dia
menjadikan siang untuk bangun berusaha.” Yaitu untuk mencari rezeki dan
melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
5.
Kesimpulan
/ Pesan Ayat
Allah
sebagai Tuhan semesta alam telah menurunkan berbagai rahmat-Nya berupa adanya
matahari sehingga terjadi waktu malam untuk tidur dan waktu siang untuk kembali
berusaha, angin yang membawa awan hujan sehingga terjadi hujan, kemudian air
hujan itu menyuburkan tanah yang tandus, dan air itu pun dapat diminum oleh
makhluk-Nya (manusia, binatang dan tumbuhan). Allah mempenggilirkan waktu hujan
supaya makhluk-Nya dapat mengambil pelajaran, akan tetapi banyak manusia yang mengingkari
nikmat dari-Nya. Karena itu sebagai makhluk-Nya, hendaknya bersyukur dan menjaga
kelestarian lingkungan.
E.
Surat
Al-Baqarah : 204-206
1.
Teks
Ayat
2.
Terjemahan
Ayat
Dan di
antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu,
dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia
adalah penantang yang paling keras.(204)
Dan apabila
ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya,
dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan[5].(205)
Dan apabila
dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya)
neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang
seburuk-buruknya.(206)
3.
Kosa
kata
4.
Asbab
Al-Nuzul
Ibnu
Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas, dia berkata,
“ketika rombongan pasukan yang di dalamnya terdapat Ashim dan Martsad kalah
perang, dua orang munafik berkata, ‘rugilah orang-orang yang tertipu dan binasa
seperti itu. Mereka tidak duduk bersama keluarga, tidak juga menunaikan tugas
pemimpinnya.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya,
‘Dan
diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu….’”
Ibnu
Jarir meriwayatkan dari as-Suddi, dia berkata, “Ayat ini turun pada Al-Akhnas
bin Syariq. Dia pernah mendatangi Nabi saw. dan menampakkan keislamannya. Maka,
hal itu membuat Nabi saw. merasa takjub. Kemudian dia pergi dari hadapan Nabi
saw.. Di perjalanan dia melihat tanaman milik orang-orang muslim dan beberapa
ekor keledai. Lalu dia membakar kebun itu dan membunuh keledai-keledainya. Maka
Allah menurunkan ayat 204 surah al-Baqarah.”[6]
5.
Pembahasan
Ayat
Yang
pertama dilukiskan Allah dalam ayat 204 adalah isi hati, ucapan, dan tindakan
mereka, yakni bahwa tutur bahasa, analisis, atau dalih-dalih mereka mengagumkan
karena sangat pandai mengemas nilai buruknya dalam kemasan yang sangat indah
sehingga melahirkan rasa kagum. Kamu kagum terhadap mereka dalam kehidupan
dunia ini, tapi tidak diakhirat nanti karena didunia isi hati mereka belum
terbongkar, kebohongan mereka belum terungkap, tetapi kelak diakhirat kekaguman
itu akan sirna karena niat buruk serta kebohongan mereka menjadi sangat jelas.
Yang menjadikan kamu lebih kagum sekaligus tertipu karena dia mempersaksikan
Allah atas kebenaran isi hatinya, yakni bahwa lahirnya sesuai dengan
bathinnya, padahal dia adalah penentang yang paling keras yang
terus-menerus menentang dan berbicara untuk mengelabui kamu.
Firman
Allah Ta’ala wayusyhidullaaha…… di baca yasyhada oleh ibnu
muhishin dengan arti bahwa orang ini menampilkan muslihat kepada anda, namun
Allah mengetahui keburukan yang ada dalam hatinya.[7]
Jumhur
Ulama membacanya dengan wayusyhidullaaha yang berarti orang munafik
menampakkan keislaman kepada khalayak dan Allah membuka kekafiran dan kenifakan
yang ada dalam hatinya. Ada pula yang berpendapat bahwa orang munafik itu
bersumpah dengan nama Allah bahwa apa yang ada dalam hatinya itu sejalan dengan
lisannya. Pendapat ini shahih.
Secara
etimologis al-aladd berarti ‘yang paling bengkok’. Demikianlah
keberadaan orang munafik ketika berdebat. Dia berdusta, menyimpang dari
kebenaran, dan tidak konsisten dari kebenaran itu.
Ayat
205 berkenaan dengan sifat-sifat orang
munafik, dimana mereka selalu berusaha menghancurkan sawah ladang kaum muslim.
Perilaku kerusakan disini memang bukan untuk memperkaya dirinya, namun
terdorong oleh kebencian kepada umat muslim. Meski begitu term halaka disini
berarti merusak sawah ladang dan tanaman-tanaman atas dasar kebencian juga
mencakup segala perbuatan yang tidak bermanfaat, termasuk merusak lingkungan.
Term sa’a secara etimologis berarti berjalan dengan cepat, tapi pada
ayat ini kata sa’a menunjukkan sebuah usaha yang mengarah pada perusakan
lingkungan.
Dalam
ayat selanjutnya dijelaskan apabila ia berpaling, yakni meninggalkan
kamu ke tempat lain sehingga kamu tidak bersama mereka, ia berjalan, giat
dan bersungguh-sungguh di seluruh penjuru bumi untuk melakukan
kerusakan padanya sehingga akhirnya dia merusak tanam-tanaman yang
dikelola manusia, dan binatang ternak. maksudnya ia giat menyebarkan isu
negatif dan kebohongan serta melakukan aktivitas yang berakibat kehancuran dan
kebinasaan masyarakat. Sungguh Allah akan menjatuhkan siksa kepada mereka
karena Allah tidak menyukai pengrusakan.
6.
Kesimpulan
/ Pesan Ayat
Pada
ayat 204 menjelaskan mengenai orang yang ucapan, isi hati, dan tindakan mereka
yang membuat orang lain kagum, tetapi kekaguman itu akan sirna ketika isi hati
dan kebohongan mereka terbongkar di akhirat.
Pada
ayat 205 menjelaskan bahwa Allah tidak suka dan akan menyiksa orang-orang yang
berbuat kerusakan terhadap dirinya, orang lain, dan alam sekitarnya contohnya
seperti sawah, ladang, dan tanaman-tanaman.
Ayat
206 menjelaskan tentang sikap orang kafir yang apabila diperintahkan untuk
bertakwa kepada Allah maka mereka senantiasa sombong, kemudian kesombongannya
itu menyebabkan dia berbuat dosa. Maka balasan terhadap orang tersebut adalah
neraka jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat tinggal.
[1]
M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta : Lentera Hati, 2002) vol.11, h. 76
[2]
Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir, penerjemah: Syihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), jil.3,
h.771-772
[3]
Maksudnya: bayang-bayang itu Kami hapuskan dengan perlahan-lahan
sesuai dengan terbenamnya matahari sedikit demi sedikit.
[4]
Maksudnya: bayang-bayang itu Kami hapuskan dengan perlahan-lahan
sesuai dengan terbenamnya matahari sedikit demi sedikit.
[5]
Ungkapan ini
adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha menggoncangkan iman orang-orang
mukmin dan selalu Mengadakan pengacauan.
[6]
Jalaluddin As-suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya Ayat
Al-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani, 2008), h.84
[7]
Seperti firman Allah, “ apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka
berkata, ‘kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar rasul Allah ‘. Dan
Allah mengetahui bahwa sesumgguhnya orang-orang munafik itu benar-benar
pendusta.” (Al-Munafiqun : 1)
No comments:
Post a Comment