Tuesday 7 April 2015

TEKNOLOGI BERKEMBANG PESAT, WABAH PENYAKIT MERAJALELA

TEKNOLOGI BERKEMBANG PESAT, WABAH PENYAKIT MERAJALELA
Oleh : Lia Herliawati

Abad 21 merupakan era teknologi informasi, di mana semua kegiatan manusia pasti berkaitan/menggunakan teknologi informasi. Perkembangan dunia teknologi informasi sangat pesat, yang ditandai dengan perkembangan internet, sehingga dapat dikatakan bahwa mereka yang menguasai informasi & teknologi adalah yang ‘menguasai dunia’.
Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat ini membantu manusia untuk berinteraksi satu sama lain tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Kemudahan yang diberikan oleh teknologi tersebut mencakup banyak hal serta merambah ke berbagai aspek kehidupan. Temuan-temuan baru memberikan kemudahan dan mempengaruhi cara manusia dalam menjalani hidup. Salah satu bidang yang sangat dipengaruhi oleh teknologi adalah bidang kesehatan. Pada prinsipnya teknologi ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih mudah berkomunikasi ataupun melakukan sesuatu. Perubahannya terlihat nyata dari masa ke masa, baik itu pada upaya kesehatan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Cara sederhana atau konvensional kemudian berubah ke arah yang lebih moderen karena pengaruh kemajuan teknologi.
Dunia kesehatan kian menjadi sorotan, karena kepedulian orang-orang terhadap peningkatan kualitas hidup. Teknologi informasi berkembang dalam dunia kesehatan yang kemudian bertransformasi tahap demi tahap, hingga memperoleh kondisi di mana teknologi dimanfaatkan dengan baik secara merata di berbagai belahan bumi. Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi tengah mendapat banyak perhatian dunia. Terutama disebabkan oleh janji dan peluang bahwa teknologi mampu meningkatkan kualitas kehidupan manusia
Dalam bidang kedokteran sendiri kemajuan Teknologi Informasi sangat menunjang ilmu kedokteran baik klinis, dasar maupun komunitas. Sebagai hasilnya, tidak kurang dari 750.000 jurnal dengan berbagai bahasa terbit setiap tahunnya yang bisa di searcing melalui jaringan internet. Akan tetapi tidak semua penelitian dapat diterapkan kepada pasien, sehingga dokter hendaknya memiliki pemahaman mengenai metodologi penelitian.
Dengan berkembangnya teknologi ,banyak manfaat yang dapat diperoleh oleh teknologi .banyak peralatan canggih yang diciptakan oleh tangan lincah manusia yang sangat berguna dan dibutuhkan oleh masyarakat di dunia.
Para ilmuwan berharap bisa menyediakan lebih dari sekadar hal-hal mendasar dalam perawatan kesehatan. Teknologi modern sedang membuat perubahan besar-besaran dalam bidang medis. Konon, setiap kira-kira delapan tahun, pengetahuan medis para ilmuwan bertambah dua kali lipat. Berikut hanyalah beberapa contoh dari prestasi dan tujuan teknologi mutakhir dalam upaya memerangi penyakit.
Gambar sinar-X
Selama lebih dari 30 tahun, dokter dan rumah sakit telah menggunakan apa yang dikenal sebagai CT scan. CT adalah singkatan dari computed tomography (tomografi terkomputasi). Alat-alat CT scan menghasilkan gambar sinar-X tiga dimensi dari bagian dalam tubuh kita. Gambar ini berguna untuk mendiagnosis penyakit dan memeriksa kelainan di bagian dalam tubuh.
Meskipun ada sedikit kontroversi seputar bahaya yang berkaitan dengan radiasi, para pakar medis optimis akan manfaat teknologi mutakhir ini di masa depan. Michael Vannier, seorang dosen radiologi di University of Chicago Hospital, mengatakan, ”Dalam beberapa tahun belakangan ini saja, kemajuannya begitu pesat hingga nyaris sulit dipercaya.”
Alat-alat CT scan sekarang lebih cepat, lebih akurat, dan lebih murah. Kecepatan metode pemindaian terbaru ini merupakan satu keuntungan penting. Hal ini khususnya bermanfaat pada saat memindai jantung. Karena jantung terus berdetak, banyak gambar sinar-X yang dihasilkan biasanya tidak jelas, sehingga sulit dievaluasi secara akurat. Sebagaimana dijelaskan oleh majalah New Scientist, alat pemindai yang baru hanya membutuhkan waktu ”sepertiga detik untuk berputar mengelilingi tubuh, lebih cepat daripada satu kali detak jantung”, sehingga menghasilkan gambar yang lebih tajam.
Berkat alat-alat pemindai mutakhir itu, para dokter tidak saja dapat melihat detail-detail anatomi di dalam tubuh, tetapi juga bisa memeriksa kegiatan biokimia di bagian-bagian tertentu. Penggunaan alat ini memungkinkan dokter mendeteksi keberadaan kanker pada tahap dini.

Pembedahan dengan robot
Robot-robot canggih tidak lagi hanya ada di alam fiksi ilmiah. setidaknya di dunia medis pun ada. Ribuan pembedahan sudah dilakukan dengan bantuan robot. Dalam beberapa kasus, ahli bedah mengoperasi pasien dengan menggunakan alat pengendali jarak jauh yang memungkinkan mereka menggerakkan beberapa lengan robotis. Lengan-lengan ini dilengkapi pisau bedah, gunting, kamera, alat kauterisasi, dan instrumen bedah lainnya. Berkat teknologi ini, ahli bedah bisa melakukan operasi yang luar biasa rumit dengan sangat akurat. ”Menurut ahli bedah yang menggunakan sistem ini, pasien mengalami rasa sakit dan kehilangan darah yang lebih sedikit, risiko komplikasi yang lebih kecil, masa rawat-inap yang lebih pendek, dan masa pemulihan yang lebih cepat daripada pasien yang menjalani pembedahan terbuka,” lapor majalah Newsweek.

Pengobatan-nano
Teknologi-nano kini diaplikasikan di dunia medis. Teknologi-nano sendiri adalah ilmu yang memanfaatkan dan menciptakan benda-benda mikroskopis. Satuan ukuran yang digunakan dalam teknologi ini disebut nanometer, yang artinya sepersemiliar meter.
Untuk membayangkan betapa kecilnya ukuran itu, halaman yang sedang Anda baca tebalnya sekitar 100.000 nanometer, dan sehelai rambut manusia tebalnya sekitar 80.000 nanometer. Sebuah sel darah merah berdiameter kira-kira 2.500 nanometer. Panjang bakteri kira-kira 1.000 nanometer, dan virus sekitar 100 nanometer. DNA Anda kira-kira berdiameter 2,5 nanometer.
Para pendukung teknologi ini yakin bahwa dalam waktu dekat, para ilmuwan akan berhasil merancang alat-alat supermini untuk melakukan prosedur medis di dalam tubuh manusia. Robot-robot kecil ini, yang sering disebut mesin-nano, akan dipasangi komputer mikroskopis yang diprogram untuk menjalankan perintah yang sangat spesifik. Yang luar biasa, mesin yang cukup rumit ini akan dibuat dengan komponen yang besarnya tidak lebih dari 100 nanometer. Itu artinya 25 kali lebih kecil daripada diameter sebuah sel darah merah.
Karena ukurannya yang teramat kecil, alat-nano itu diharapkan kelak bisa melintasi pembuluh kapiler yang kecil dan mengantarkan oksigen ke jaringan yang anemik, membersihkan kotoran dari pembuluh darah dan plak dari sel otak, bahkan memburu serta menghancurkan virus, bakteri, dan agen penular lainnya. Mesin-nano juga dapat digunakan untuk mengantarkan obat langsung ke sel-sel yang spesifik.
Para ilmuwan meramalkan bahwa kanker akan jauh lebih cepat terdeteksi dengan bantuan pengobatan-nano. Dr. Samuel Wickline, seorang profesor dalam bidang kedokteran, fisika, dan rekayasa biomedis, mengatakan, ”Kini, ada kemungkinan yang sangat besar untuk menemukan kanker yang sangat kecil jauh lebih awal daripada sebelumnya, mengobatinya dengan obat yang ampuh di lokasi tumor itu saja, dan sekaligus mengurangi efek samping apa pun yang membahayakan.”
Meskipun hal ini mungkin kedengarannya seperti khayalan futuristik, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa pengobatan-nano sangat nyata. Para peneliti terkemuka di bidang ini berharap bahwa dalam sepuluh tahun mendatang, teknologi-nano akan digunakan untuk memperbaiki dan menyusun kembali struktur molekul sel-sel hidup. Seorang pendukungnya menyatakan, ”Pengobatan-nano akan melenyapkan hampir semua penyakit umum abad ke-20, hampir semua rasa sakit dan penderitaan, dan meningkatkan banyak kesanggupan manusia.” Bahkan sekarang pun beberapa ilmuwan telah melaporkan keberhasilan penggunaan pengobatan-nano pada binatang di laboratorium.

Genomik
Penelitian tentang struktur gen dikenal sebagai genomik. Setiap sel dalam tubuh manusia sarat dengan banyak komponen yang vital untuk kehidupan. Salah satu komponen ini adalah gen. Kita masing-masing memiliki sekitar 35.000 gen yang menentukan warna dan tekstur rambut, warna kulit dan mata, tinggi badan, serta fitur-fitur lain penampilan fisik kita. Gen juga berperan penting untuk menentukan kualitas organ-organ dalam kita.
Jika gen rusak, kesehatan kita bisa terpengaruh. Malah, ada peneliti yang berkeyakinan bahwa semua penyakit berasal dari kerusakan pada fungsi gen. Beberapa gen yang cacat diwariskan dari orang tua kita. Yang lain rusak karena terkena unsur-unsur berbahaya di lingkungan kita.
Para ilmuwan berharap bahwa tidak lama lagi mereka dapat mengenali gen-gen spesifik yang membuat kita rentan penyakit. Hal ini dapat membantu dokter memahami, misalnya, mengapa beberapa orang lebih rentan terkena kanker dibanding orang lain atau mengapa suatu jenis kanker lebih ganas dalam diri beberapa orang dibanding yang lain. Genomik juga dapat menyingkapkan mengapa sebuah obat manjur bagi beberapa pasien namun tidak bagi yang lain.
Keterangan spesifik tentang gen semacam itu bisa menghasilkan obat yang diracik khusus untuk kondisi seseorang. Bagaimana Anda bisa memperoleh manfaat dari teknologi ini? Konsep tentang obat racikan khusus itu menyiratkan bahwa perawatan medis bisa disesuaikan agar cocok dengan profil gen Anda yang unik. Sebagai contoh, jika gen Anda diselidiki dan ternyata Anda cenderung mengidap penyakit tertentu, dokter dapat mendeteksi penyakit itu jauh sebelum gejalanya muncul. Para pendukungnya menyatakan bahwa apabila penyakitnya belum muncul, penyakit itu bahkan dapat dicegah sama sekali dengan perawatan yang benar, menu makan, dan perubahan perilaku.
Gen Anda juga dapat memberi tahu dokter apakah Anda alergi terhadap suatu obat. Dengan keterangan ini, dokter bisa meresepkan jenis obat yang tepat dan dosis yang dibutuhkan khusus untuk kasus Anda. Harian The Boston Globe melaporkan, ”Pada tahun 2020, [obat racikan khusus] kemungkinan besar pengaruhnya akan jauh lebih luas daripada yang dapat dibayangkan sekarang. Obat-obat baru yang diracik khusus untuk gen tertentu akan dikembangkan untuk diabetes, penyakit jantung, Alzheimer, skizofrenia, dan banyak gangguan kesehatan lainnya yang telah sangat menyengsarakan masyarakat kita.”
Berbagai teknologi yang disebutkan di atas hanyalah contoh dari apa yang dijanjikan sains untuk masa depan. Pengetahuan dalam bidang medis terus berkembang lebih pesat daripada sebelumnya. Tetapi, para ilmuwan tidak berharap dapat melenyapkan penyakit sama sekali dalam waktu dekat. Ada banyak kendala yang tampaknya masih tak tertanggulangi.

Kendala-Kendala yang Tampaknya Tak Tertanggulangi
Perilaku manusia dapat memperlambat kemajuan pemberantasan penyakit. Misalnya, para ilmuwan yakin bahwa kerusakan pada ekosistem tertentu akibat ulah manusia telah memunculkan penyakit-penyakit baru yang berbahaya. Dalam sebuah wawancara dengan majalah Newsweek, Mary Pearl, presiden Yayasan Peduli Konservasi Alam, menjelaskan, ”Sejak pertengahan tahun 1970-an, lebih dari 30 penyakit baru telah muncul, termasuk AIDS, Ebola, penyakit Lyme, dan SARS. Kebanyakan diyakini berpindah dari satwa liar ke manusia.”
Selain itu, orang-orang semakin kurang memakan buah dan sayuran segar namun semakin banyak mengkonsumsi gula, garam, dan lemak jenuh. Hal ini, yang ditambah berkurangnya kegiatan fisik beserta kebiasaan tidak sehat lainnya, mengakibatkan meningkatnya penyakit kardiovaskular. Semakin banyak orang merokok, sehingga menyebabkan problem kesehatan yang serius dan kematian pada jutaan orang di seluruh dunia. Setiap tahun, sekitar 20 juta orang mengalami cedera serius atau tewas akibat kecelakaan mobil. Tak terhitung banyaknya orang yang terbunuh atau cacat akibat perang dan berbagai kekerasan lainnya. Jutaan orang sakit-sakitan karena penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
Faktanya adalah, tidak soal penyebabnya, dan terlepas dari semua kemajuan dalam bidang teknologi medis, beberapa penyakit terus mengakibatkan banyak penderitaan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ’lebih dari 150 juta orang pernah mengalami depresi, sekitar 25 juta menderita skizofrenia, dan 38 juta menderita epilepsi’. HIV/AIDS, penyakit diare, malaria, campak, pneumonia, dan tuberkulosis menjangkiti jutaan orang dan menewaskan tak terhitung banyaknya anak kecil dan orang muda.
Ada lagi kendala lain yang tampaknya tak tertanggulangi dan menghambat upaya memberantas penyakit. Kemiskinan dan pemerintah yang korup adalah dua penghalang besar. WHO baru-baru ini melaporkan bahwa jutaan orang yang mati akibat penyakit menular sebenarnya bisa diselamatkan kalau saja pemerintah tidak lalai dan dana tersedia.
Apakah pengetahuan ilmiah dan kemajuan dramatis dalam bidang teknologi medis akan turut mengatasi kendala-kendala ini? Apakah kita akan segera menikmati dunia yang bebas penyakit? Memang, faktor-faktor yang diuraikan di atas tidak memberikan jawaban yang jelas.
Namun peningkatan penggunaan teknologi ini juga menyisakan pengaruh negatif yang patut untuk diwaspadai.
Kemampuan teknologi dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan tidak menutup kemungkinan juga akan menimbulkan dampak negatif.  Yaitu timbulnya penyakit-penyakit baru, baik langsung maupun tidak langsung.

Efek Radiasi yang Berpotensi Menghasilkan Penyakit Baru
Salah satu contoh adalah penyakit kanker yang kita ketahui bersama bahwa hingga saat ini penyakit tersebut belum memiliki obat yang bisa mendeteksi hingga tercapainya suatu kesembuhan yang sempurna bagi para penderitanya. Selain itu unsur zat radioaktif yang digunakan untuk mengobati penderita kanker juga dapat menimbulkan radiasi yang berbahaya, dan tentunya hal tersebut menjadi cikal bakal suatu penyakit baru yang berbahaya.
Begitu halnya dengan alat komunikasi yang sering kitagunakan. Sejumlah penelitian yang dilakuan menunjukkan radiasi telepon genggam berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Misalnya meningkatkan risiko terkena tumor telinga dan kanker otak, berpengaruh buruk pada jaringan otak, merusak dan mengurangi jumlah sperma hingga 30 persen, mengakibatkan meningioma, neurinoma akustik, acoustic melanoma, dan kanker kelenjar ludah. Sayangnya, tak satu pun 6 vendor telepon seluler terbesar dunia merespon hasil-hasil penelitian tersebut.
Meski belum ada kepastian terhadap hasil penelitian ini, pimpinan proyek penelitian Franz Adlkofer menyarankan tindakan pencegahan dengan menganjurkan penggunaan telepon genggam hanya dalam keadaan darurat saja. Artinya,kalau di sekitar Anda tersedia telepon biasa sebaiknya Anda menghindari memakai telepon seluler. Atau, menggunakan peralatan hands-free kapan saja memungkinkan.
Begitu pula dengan halnya computer yang beregenerasi menadi laptop. Mata adalah organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor. Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari itu, pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata. Pencahayaan ruangan kerja juga berpengaruh pada beban mata.
Pemakaian layar monitor yang tidak ergonomis dapat menyebabkan keluhan pada mata. Berdasarkan hasil penelitian, 77% para pemakai layar monitor akan mengalami keluhan pada mata, mulai dari rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata berair, sampai pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata.
Bila operator komputer menggunakan soft lens (lensa mata), kelelahan mata akan lebih cepat terasa, karena mata yang dalam keadaan memfokuskan ke layar monitor akan jarang berkedip sehingga bola mata cepat menjadi kering dan ini menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan tersebut, karena udara ruangan ber AC akan kering sehingga air mata akan ikut menguap.
Menurut hasil penelitian, untuk operator komputer yang bekerja 8 jam per hari terus menerus, ternyata radiasi yang keluar dari komputer (khususnya sinar-X) sangat rendah yaitu sekitar 0,01739 m Rem per tahun. Harga tersebut jauh lebih rendah dari pada radiasi yang berasal dari sinar kosmis dan dari radiasi bumi (terresterial radiation) yang berkisar 145 m Rem per tahun. Sedangkan laju dosis radiasi yang diizinkan untuk masyarakat umum adalah 500 m Rem per tahun. Akhir-akhir ini banyak dijual kaca filter untuk layar monitor yang dipromosikan sebagai filter radiasi yang keluar darikomputer. Kaca filter yang dijual di pasaran lebih sesuai sebagai filter kesilauan (glare) dari cahaya layar komputer, bukan sebagai filter radiasi.

Efek Ketergantungan
Teknologi yang kian berkembang juga dapat menimbulkan timbal balik yang bersifat negatif seperti sifat ketergantungan.Para pengkonsumsi obat antibiotik yang banyak beredar di masyarakat ternyata tidak semata-mata hanya mengurangi keluhan yang ada tetapi juga menimbulkan ketergantungan dengan intensitas yang berbeda-beda dari masing-masing jenis antibiotik. Tidak hanya sampai pada hal tersebut, akan tetapi timbulah suatu kemungkinan yang menyebabkan penyakit tersebut memiliki tingkat kekebalan terhadap antibiotik tertentu.
Pengaruh negatif lain bagi anak, adalah kecendrungan munculnya ‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar ataupun melakukan aktivitas sosial.
Begitu halnya dengan kecanduan komputer yang didominasi oleh usia dini. Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama karena sejak awal orang tua tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya, orang tua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer. Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan secara ketat oleh orang tua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik demi mengurangi dampak teknologi ini.

Kesalahan Persepsi Diyakini Oleh Masyarakat
Efek negatif yang juga dapat timbul karena kesalahan dari persepsi masyarakat dalam mengkaji suatu pengetahuan yang ia dapatkan. Salah satu contoh yang terjadi di kalangan masyarakat adalah maraknya keinginan para penikmat kolesterol berlebih. Mereka memiliki anggapan yang mengatakan bahwa untuk mengurangi berat badan maka salah satu hal yang harus dilakukan adalah mengurangi jumlah porsi serta kuantiatas makanan yang dikonsumsi. Dengan tidak mengkonsumsi nasi di beberapa periode tertentu serta menggantikannya dengan makanan yang memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah.
Ini merupakan suatu persepsi yang kurang benar di mata peneliti dan pakar nutrisi. Bahwa yang dimaksud sebagai solusi untuk mengurangi kadar kolesterol adalah disebutkan oleh pakar nutrisi untuk mengatur pola makan dengan memperhitungkan takaran nutrisi sesuai dengan kebutuhan energi oleh tubuh. Maka dari hal tersebut, persepsi masyarakat juga menentukan bagaimana penerapan teknologi yang sedemikian modern tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Proses Publikasi Perangkat Kesehatan yang Tidak Tepat
Sebuah kalkulator online yang dikembangkan periset umur panjang di Sekolah Kedokteran Harvard dan Pusat Kedokteran Boston yang dialamatkan http://www.livingto100. com, di publikasikan begitu saja kepada masyarakat. Hal ini akan membawa dampak buruk terhadap masyarakat yang meyakini bahwa hasil perhitungan kalkulator tersebut benar adanya. Maka secara psikologis akan mempengaruhi harapan untuk tetap hidup sejahtera. Berbahagia bagi mereka yang tercatat memiliki umur yang panjang, tidak bagi yang tercatat sebaliknya.

Kerahasiaan Seseorang Tidak Terjamin
Majunya peradaban teknologi juga tidak menjamin bahwa penggunanya merasa aman atau terlindungi terhadap sesuatu yang berhubungan dengan privasi. Sekarang telah diciptakan pula perangkat lunak yang bisa mengukur risiko kanker payudara bagi wanita. Pasien bisa mengirim email untuk meminta rekaman medik ke dokter. Namun hal ini masih dinilai memiliki permasalahan yang kaitannya dengan privasi pasien dan keamanan data tersebut.

Terganggunya Syaraf
Saraf manusia merupakan organ vital yang perlu dilindungi. Namun teknologi juga menunjukkan indikasi bahwa dalam hal ini berbahaya bagi stabilitas syaraf. Slah satu contoh printer yang menggunakan sistim buble jet kebisingannya relative lebih rendah bila dibandingkan dengan printer sistim dot matrix. Saat ini printer yang paling rendah kebisingannya adalah sistim laser printer. Kebisingan yang tinggi dapat mempengaruhi syaraf manusia dan hal ini dapat berakibat pada kelelahan maupun rasa nyeri.
Adapun batas kebisingan yang diizinkan untuk bekerja selama kurang dari 8 jam per hari adalah 80 dB. Sedangkan ruang kerja yang ideal adalah dengan kebisingan sekitar 40 – 50 dB. Apabila di dalam ruang kerja terdapat mesin pendingin (AC), maka kebisingan akan bertambah selain dari suara printer.

Repetitive Strain Injury (RSI)
RSI merupakan sebuah terminologi yang mengacu pada beberapa variasi keluhan kerangka otot (musculos keletal). Ini menyangkut keluhan yang dikenal dengan sakit urat otot. RSI meliputi gangguan lengan atas berkaitan dengan kerja (Work-RelatedUpper Limb Disorders) dan luka penggunaan berlebihan yang berhubungan dengan kerja (Occupational Overuse Injuries).
Keluhan ini terutama diderita oleh para pekerja dengan posisi duduk yang statis saat menggunakan komputer atau menggunakan gerakan tangan yang berulang (repetitive) setiap hari, beban kerja yang statis (seperti menggenggam mouse), membiarkan lengan membengkok, dan sejenisnya dalam waktu yang cukup lama. Ini akan bertambah buruk jika tempat kerja tidak didesain secara ergonomis, misalnya posisi keyboard dan layar monitor yang terlalu tinggi atau terlampau rendah, kursi tidak menopang badan untuk duduk tegak, dan sebagainya.
Hal ini akan semakin parah bila ditambah lingkungan kerja yang kurang bergerak,kurang istirahat, mengandung stress tinggi dengan deadline dan laporan rutin serta lainnya. Apalagi jika Anda perokok, menderita kegemukan (obesitas), lemah otot, memiliki tangan yang terasa dingin serta kurang berolah raga. Gejala awal RSI dapat muncul pada berbagai tempat dari pangkal lengan hingga ke ujung tangan. Gejala yang menjadi tanda peringatan menyangkut: Kesulitan membuka dan menutup tangan, Otot tangan terasa kaku (misalnya hingga kesulitan mengancing baju), Kesulitan menggunakan tangan (untuk membalik halaman buku, memutar tombol atau bahkan memegang mug), Bangun dengan rasa sakit di pergelangan tangan atau mati rasa di tangan, terutama di awal pagi hari, Tangan terasa dingin, Tangan gemetar (tremor), Tangan terasa canggung, bergetar atau bahkan mati rasa.

Disamping perkembangan pesat Pengetahuan medis dan berbagai teknologi terkait yang lebih dari sebelumnya, wabah penyakit menular masih merajalela di dunia. Penyakit-penyakit mematikan di bawah ini belum terkalahkan.

HIV/AIDS
Sekitar 60 juta orang telah terinfeksi HIV, dan kira-kira 20 juta orang telah mati akibat AIDS. Selama tahun 2005, ada lima juta kasus infeksi baru dan lebih dari tiga juta kematian akibat AIDS. Korbannya mencakup lebih dari 500.000 anak-anak. Sebagian besar korban HIV tidak bisa memperoleh perawatan yang memadai.

Diare
Dengan sekitar empat miliar kasus setiap tahunnya, diare digambarkan sebagai pembunuh utama kaum miskin. Penyebabnya adalah berbagai penyakit menular yang dapat disebarkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi atau kurangnya higiene pribadi. Penularan ini mengakibatkan kematian lebih dari dua juta orang setiap tahunnya.

Malaria
Setiap tahun, sekitar 300 juta orang jatuh sakit akibat malaria. Kira-kira satu juta korbannya meninggal setiap tahun, yang kebanyakan adalah anak-anak. Di Afrika, satu anak mati akibat malaria setiap kira-kira 30 detik. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ”sains masih belum memiliki obat mujarab untuk malaria dan banyak orang meragukan apakah satu obat spesifik demikian akan pernah ada”.

Campak
Selama tahun 2003, campak membunuh lebih dari 500.000 orang. Campak adalah penyebab utama kematian anak-anak karena sangat mudah menular. Setiap tahun, sekitar 30 juta orang terkena campak. Ironisnya, vaksin campak yang manjur dan murah sudah tersedia sejak 40 tahun yang lalu.

Pneumonia
Menurut WHO, ada lebih banyak anak yang meninggal karena pneumonia atau radang paru-paru daripada penyakit menular lainnya. Sekitar dua juta anak balita mati akibat pneumonia setiap tahunnya. Sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di banyak bagian dunia, para korban tidak bisa mendapatkan perawatan medis yang dapat menyelamatkan kehidupan karena sulitnya memperoleh fasilitas kesehatan.

Tuberkulosis
Pada tahun 2003, tuberkulosis (TB) mengakibatkan kematian lebih dari 1.700.000 orang. Yang sangat mengkhawatirkan kalangan medis adalah munculnya kuman TB yang kebal obat. Beberapa jenis kuman telah menjadi kebal terhadap semua obat anti-TB yang utama. Jenis kuman yang kebal obat ini berkembang dalam diri pasien yang menjalani pengobatan yang tidak diawasi dengan baik atau yang tidak tuntas.

Dapatkah teknologi menjawab semua masalah yang belum terpecahkan tersebut? Generasi abad 21 inilah yang dituntut untuk memecahkan permasalahan tersebut.

No comments:

Post a Comment