TEKNOLOGI BERKEMBANG PESAT, WABAH PENYAKIT MERAJALELA
Oleh : Lia Herliawati
Abad 21 merupakan era teknologi informasi, di mana semua kegiatan
manusia pasti berkaitan/menggunakan teknologi informasi. Perkembangan dunia
teknologi informasi sangat pesat, yang ditandai dengan perkembangan internet,
sehingga dapat dikatakan bahwa mereka yang menguasai informasi & teknologi
adalah yang ‘menguasai dunia’.
Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat ini membantu
manusia untuk berinteraksi satu sama lain tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu.
Kemudahan yang diberikan oleh teknologi tersebut mencakup banyak hal serta
merambah ke berbagai aspek kehidupan. Temuan-temuan baru memberikan kemudahan
dan mempengaruhi cara manusia dalam menjalani hidup. Salah satu bidang yang
sangat dipengaruhi oleh teknologi adalah bidang kesehatan. Pada prinsipnya
teknologi ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia agar
dalam kehidupannya dapat lebih mudah berkomunikasi ataupun melakukan sesuatu. Perubahannya
terlihat nyata dari masa ke masa, baik itu pada upaya kesehatan berupa kegiatan
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif. Cara sederhana atau
konvensional kemudian berubah ke arah yang lebih moderen karena pengaruh
kemajuan teknologi.
Dunia kesehatan kian menjadi sorotan, karena kepedulian orang-orang
terhadap peningkatan kualitas hidup. Teknologi informasi berkembang dalam dunia
kesehatan yang kemudian bertransformasi tahap demi tahap, hingga memperoleh
kondisi di mana teknologi dimanfaatkan dengan baik secara merata di berbagai
belahan bumi. Pelayanan
kesehatan berbasis teknologi informasi tengah mendapat banyak perhatian dunia.
Terutama disebabkan oleh janji dan peluang bahwa teknologi mampu meningkatkan
kualitas kehidupan manusia
Dalam bidang
kedokteran sendiri kemajuan Teknologi Informasi sangat menunjang ilmu
kedokteran baik klinis, dasar maupun komunitas. Sebagai hasilnya, tidak kurang
dari 750.000 jurnal dengan berbagai bahasa terbit setiap tahunnya yang bisa di
searcing melalui jaringan internet. Akan tetapi tidak semua penelitian dapat
diterapkan kepada pasien, sehingga dokter hendaknya memiliki pemahaman mengenai
metodologi penelitian.
Dengan berkembangnya teknologi ,banyak manfaat yang dapat
diperoleh oleh teknologi .banyak peralatan canggih yang diciptakan oleh tangan
lincah manusia yang sangat berguna dan dibutuhkan oleh masyarakat di dunia.
Para ilmuwan berharap bisa menyediakan lebih dari sekadar hal-hal
mendasar dalam perawatan kesehatan. Teknologi modern sedang membuat perubahan
besar-besaran dalam bidang medis. Konon, setiap kira-kira delapan tahun,
pengetahuan medis para ilmuwan bertambah dua kali lipat. Berikut hanyalah
beberapa contoh dari prestasi dan tujuan teknologi mutakhir dalam upaya
memerangi penyakit.
Gambar sinar-X
Selama lebih dari 30 tahun, dokter dan rumah sakit telah
menggunakan apa yang dikenal sebagai CT scan. CT adalah
singkatan dari computed tomography (tomografi terkomputasi).
Alat-alat CT scan menghasilkan gambar sinar-X tiga dimensi dari
bagian dalam tubuh kita. Gambar ini berguna untuk mendiagnosis penyakit dan
memeriksa kelainan di bagian dalam tubuh.
Meskipun ada sedikit kontroversi seputar bahaya yang berkaitan
dengan radiasi, para pakar medis optimis akan manfaat teknologi mutakhir ini di
masa depan. Michael Vannier, seorang dosen radiologi di University of Chicago
Hospital, mengatakan, ”Dalam beberapa tahun belakangan ini saja, kemajuannya
begitu pesat hingga nyaris sulit dipercaya.”
Alat-alat CT scan sekarang lebih cepat, lebih akurat,
dan lebih murah. Kecepatan metode pemindaian terbaru ini merupakan satu
keuntungan penting. Hal ini khususnya bermanfaat pada saat memindai jantung.
Karena jantung terus berdetak, banyak gambar sinar-X yang dihasilkan biasanya
tidak jelas, sehingga sulit dievaluasi secara akurat. Sebagaimana dijelaskan
oleh majalah New Scientist, alat pemindai yang baru hanya
membutuhkan waktu ”sepertiga detik untuk berputar mengelilingi tubuh, lebih
cepat daripada satu kali detak jantung”, sehingga menghasilkan gambar yang
lebih tajam.
Berkat alat-alat pemindai mutakhir itu, para dokter tidak saja
dapat melihat detail-detail anatomi di dalam tubuh, tetapi juga bisa memeriksa
kegiatan biokimia di bagian-bagian tertentu. Penggunaan alat ini memungkinkan
dokter mendeteksi keberadaan kanker pada tahap dini.
Pembedahan dengan robot
Robot-robot canggih tidak lagi hanya ada di alam fiksi ilmiah. setidaknya
di dunia medis pun ada. Ribuan pembedahan sudah dilakukan dengan bantuan robot.
Dalam beberapa kasus, ahli bedah mengoperasi pasien dengan menggunakan alat
pengendali jarak jauh yang memungkinkan mereka menggerakkan beberapa lengan
robotis. Lengan-lengan ini dilengkapi pisau bedah, gunting, kamera, alat
kauterisasi, dan instrumen bedah lainnya. Berkat teknologi ini, ahli bedah bisa
melakukan operasi yang luar biasa rumit dengan sangat akurat. ”Menurut ahli
bedah yang menggunakan sistem ini, pasien mengalami rasa sakit dan kehilangan
darah yang lebih sedikit, risiko komplikasi yang lebih kecil, masa rawat-inap
yang lebih pendek, dan masa pemulihan yang lebih cepat daripada pasien yang
menjalani pembedahan terbuka,” lapor majalah Newsweek.
Pengobatan-nano
Teknologi-nano kini
diaplikasikan di dunia medis. Teknologi-nano sendiri adalah ilmu yang
memanfaatkan dan menciptakan benda-benda mikroskopis. Satuan ukuran yang
digunakan dalam teknologi ini disebut nanometer, yang artinya sepersemiliar
meter.
Untuk membayangkan betapa kecilnya ukuran itu, halaman yang sedang
Anda baca tebalnya sekitar 100.000 nanometer, dan sehelai rambut manusia
tebalnya sekitar 80.000 nanometer. Sebuah sel darah merah berdiameter kira-kira
2.500 nanometer. Panjang bakteri kira-kira 1.000 nanometer, dan virus sekitar 100
nanometer. DNA Anda kira-kira berdiameter 2,5 nanometer.
Para pendukung teknologi ini yakin bahwa dalam waktu dekat, para
ilmuwan akan berhasil merancang alat-alat supermini untuk melakukan prosedur
medis di dalam tubuh manusia. Robot-robot kecil ini, yang sering disebut
mesin-nano, akan dipasangi komputer mikroskopis yang diprogram untuk
menjalankan perintah yang sangat spesifik. Yang luar biasa, mesin yang cukup
rumit ini akan dibuat dengan komponen yang besarnya tidak lebih dari 100
nanometer. Itu artinya 25 kali lebih kecil daripada diameter sebuah sel darah
merah.
Karena ukurannya yang teramat kecil, alat-nano itu diharapkan kelak
bisa melintasi pembuluh kapiler yang kecil dan mengantarkan oksigen ke jaringan
yang anemik, membersihkan kotoran dari pembuluh darah dan plak dari sel otak,
bahkan memburu serta menghancurkan virus, bakteri, dan agen penular lainnya.
Mesin-nano juga dapat digunakan untuk mengantarkan obat langsung ke sel-sel
yang spesifik.
Para ilmuwan meramalkan bahwa kanker akan jauh lebih cepat
terdeteksi dengan bantuan pengobatan-nano. Dr. Samuel Wickline, seorang
profesor dalam bidang kedokteran, fisika, dan rekayasa biomedis, mengatakan,
”Kini, ada kemungkinan yang sangat besar untuk menemukan kanker yang sangat
kecil jauh lebih awal daripada sebelumnya, mengobatinya dengan obat yang ampuh
di lokasi tumor itu saja, dan sekaligus mengurangi efek samping apa pun yang
membahayakan.”
Meskipun hal ini mungkin kedengarannya seperti khayalan futuristik,
beberapa ilmuwan berpendapat bahwa pengobatan-nano sangat nyata. Para peneliti
terkemuka di bidang ini berharap bahwa dalam sepuluh tahun mendatang,
teknologi-nano akan digunakan untuk memperbaiki dan menyusun kembali struktur
molekul sel-sel hidup. Seorang pendukungnya menyatakan, ”Pengobatan-nano akan
melenyapkan hampir semua penyakit umum abad ke-20, hampir semua rasa sakit dan
penderitaan, dan meningkatkan banyak kesanggupan manusia.” Bahkan sekarang pun
beberapa ilmuwan telah melaporkan keberhasilan penggunaan pengobatan-nano pada
binatang di laboratorium.
Genomik
Penelitian tentang struktur gen dikenal sebagai genomik. Setiap sel
dalam tubuh manusia sarat dengan banyak komponen yang vital untuk kehidupan.
Salah satu komponen ini adalah gen. Kita masing-masing memiliki sekitar 35.000
gen yang menentukan warna dan tekstur rambut, warna kulit dan mata, tinggi
badan, serta fitur-fitur lain penampilan fisik kita. Gen juga berperan penting
untuk menentukan kualitas organ-organ dalam kita.
Jika gen rusak, kesehatan kita bisa terpengaruh. Malah, ada
peneliti yang berkeyakinan bahwa semua penyakit berasal dari kerusakan pada
fungsi gen. Beberapa gen yang cacat diwariskan dari orang tua kita. Yang lain
rusak karena terkena unsur-unsur berbahaya di lingkungan kita.
Para ilmuwan berharap bahwa tidak lama lagi mereka dapat mengenali
gen-gen spesifik yang membuat kita rentan penyakit. Hal ini dapat membantu
dokter memahami, misalnya, mengapa beberapa orang lebih rentan terkena kanker
dibanding orang lain atau mengapa suatu jenis kanker lebih ganas dalam diri
beberapa orang dibanding yang lain. Genomik juga dapat menyingkapkan mengapa
sebuah obat manjur bagi beberapa pasien namun tidak bagi yang lain.
Keterangan spesifik tentang gen semacam itu bisa menghasilkan obat
yang diracik khusus untuk kondisi seseorang. Bagaimana Anda bisa memperoleh
manfaat dari teknologi ini? Konsep tentang obat racikan khusus itu menyiratkan
bahwa perawatan medis bisa disesuaikan agar cocok dengan profil gen Anda yang
unik. Sebagai contoh, jika gen Anda diselidiki dan ternyata Anda cenderung
mengidap penyakit tertentu, dokter dapat mendeteksi penyakit itu jauh sebelum
gejalanya muncul. Para pendukungnya menyatakan bahwa apabila penyakitnya belum
muncul, penyakit itu bahkan dapat dicegah sama sekali dengan perawatan yang
benar, menu makan, dan perubahan perilaku.
Gen Anda juga dapat memberi tahu dokter apakah Anda alergi terhadap
suatu obat. Dengan keterangan ini, dokter bisa meresepkan jenis obat yang tepat
dan dosis yang dibutuhkan khusus untuk kasus Anda. Harian The Boston
Globe melaporkan, ”Pada tahun 2020, [obat racikan khusus] kemungkinan
besar pengaruhnya akan jauh lebih luas daripada yang dapat dibayangkan
sekarang. Obat-obat baru yang diracik khusus untuk gen tertentu akan
dikembangkan untuk diabetes, penyakit jantung, Alzheimer, skizofrenia, dan
banyak gangguan kesehatan lainnya yang telah sangat menyengsarakan masyarakat
kita.”
Berbagai teknologi yang disebutkan di atas hanyalah contoh dari apa
yang dijanjikan sains untuk masa depan. Pengetahuan dalam bidang medis terus
berkembang lebih pesat daripada sebelumnya. Tetapi, para ilmuwan tidak berharap
dapat melenyapkan penyakit sama sekali dalam waktu dekat. Ada banyak kendala
yang tampaknya masih tak tertanggulangi.
Kendala-Kendala yang Tampaknya Tak Tertanggulangi
Perilaku manusia dapat memperlambat kemajuan pemberantasan
penyakit. Misalnya, para ilmuwan yakin bahwa kerusakan pada ekosistem tertentu
akibat ulah manusia telah memunculkan penyakit-penyakit baru yang berbahaya.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Newsweek, Mary Pearl, presiden
Yayasan Peduli Konservasi Alam, menjelaskan, ”Sejak pertengahan
tahun 1970-an, lebih dari 30 penyakit baru telah muncul, termasuk AIDS,
Ebola, penyakit Lyme, dan SARS. Kebanyakan diyakini berpindah dari satwa liar
ke manusia.”
Selain itu, orang-orang semakin kurang memakan buah dan sayuran
segar namun semakin banyak mengkonsumsi gula, garam, dan lemak jenuh. Hal ini,
yang ditambah berkurangnya kegiatan fisik beserta kebiasaan tidak sehat
lainnya, mengakibatkan meningkatnya penyakit kardiovaskular. Semakin banyak
orang merokok, sehingga menyebabkan problem kesehatan yang serius dan kematian
pada jutaan orang di seluruh dunia. Setiap tahun, sekitar 20 juta orang
mengalami cedera serius atau tewas akibat kecelakaan mobil. Tak terhitung banyaknya
orang yang terbunuh atau cacat akibat perang dan berbagai kekerasan lainnya.
Jutaan orang sakit-sakitan karena penyalahgunaan alkohol atau narkoba.
Faktanya adalah, tidak soal penyebabnya, dan terlepas dari semua
kemajuan dalam bidang teknologi medis, beberapa penyakit terus mengakibatkan
banyak penderitaan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ’lebih dari
150 juta orang pernah mengalami depresi, sekitar 25 juta menderita
skizofrenia, dan 38 juta menderita epilepsi’. HIV/AIDS, penyakit diare,
malaria, campak, pneumonia, dan tuberkulosis menjangkiti jutaan orang dan
menewaskan tak terhitung banyaknya anak kecil dan orang muda.
Ada lagi kendala lain yang tampaknya tak tertanggulangi dan
menghambat upaya memberantas penyakit. Kemiskinan dan pemerintah yang korup
adalah dua penghalang besar. WHO baru-baru ini melaporkan bahwa jutaan orang
yang mati akibat penyakit menular sebenarnya bisa diselamatkan kalau saja
pemerintah tidak lalai dan dana tersedia.
Apakah pengetahuan ilmiah dan kemajuan dramatis dalam bidang
teknologi medis akan turut mengatasi kendala-kendala ini? Apakah kita akan
segera menikmati dunia yang bebas penyakit? Memang, faktor-faktor yang
diuraikan di atas tidak memberikan jawaban yang jelas.
Namun peningkatan penggunaan teknologi ini juga menyisakan pengaruh
negatif yang patut untuk diwaspadai.
Kemampuan teknologi dalam mengatasi
berbagai permasalahan kesehatan tidak menutup kemungkinan juga
akan menimbulkan dampak negatif. Yaitu timbulnya
penyakit-penyakit baru, baik langsung maupun tidak langsung.
Efek Radiasi yang Berpotensi Menghasilkan Penyakit Baru
Salah satu contoh adalah penyakit
kanker yang kita ketahui bersama bahwa hingga saat ini penyakit tersebut belum
memiliki obat yang bisa mendeteksi hingga tercapainya suatu kesembuhan yang
sempurna bagi para penderitanya. Selain itu unsur zat radioaktif yang digunakan
untuk mengobati penderita kanker juga dapat menimbulkan radiasi yang berbahaya,
dan tentunya hal tersebut menjadi cikal bakal suatu penyakit baru yang
berbahaya.
Begitu halnya dengan alat komunikasi
yang sering kitagunakan. Sejumlah penelitian yang dilakuan menunjukkan radiasi
telepon genggam berakibat buruk terhadap tubuh manusia. Misalnya meningkatkan
risiko terkena tumor telinga dan kanker otak, berpengaruh buruk pada jaringan
otak, merusak dan mengurangi jumlah sperma hingga 30 persen, mengakibatkan
meningioma, neurinoma akustik, acoustic melanoma, dan kanker kelenjar ludah.
Sayangnya, tak satu pun 6 vendor telepon seluler terbesar dunia merespon
hasil-hasil penelitian tersebut.
Meski belum ada kepastian terhadap
hasil penelitian ini, pimpinan proyek penelitian Franz Adlkofer menyarankan
tindakan pencegahan dengan menganjurkan penggunaan telepon genggam hanya dalam
keadaan darurat saja. Artinya,kalau di sekitar Anda tersedia telepon biasa
sebaiknya Anda menghindari memakai telepon seluler. Atau, menggunakan peralatan
hands-free kapan saja memungkinkan.
Begitu pula dengan halnya computer
yang beregenerasi menadi laptop. Mata adalah organ tubuh yang paling mudah
mengalami penyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke
layar monitor. Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang
panas seperti warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih mempercepat
kelelahan pada mata. Selain dari itu, pantulan cahaya (silau) pada layar
monitor yang berasal dari sumber lain seperti jendela, lampu penerangan dan
lain sebagainya, akan menambah beban mata. Pencahayaan ruangan kerja juga
berpengaruh pada beban mata.
Pemakaian layar monitor yang tidak
ergonomis dapat menyebabkan keluhan pada mata. Berdasarkan hasil penelitian,
77% para pemakai layar monitor akan mengalami keluhan pada mata, mulai dari
rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata berair, sampai pada iritasi
mata bahkan kemungkinan katarak mata.
Bila operator komputer menggunakan
soft lens (lensa mata), kelelahan mata akan lebih cepat terasa, karena mata
yang dalam keadaan memfokuskan ke layar monitor akan jarang berkedip sehingga
bola mata cepat menjadi kering dan ini menyebabkan timbulnya gesekan antara
lensa dan kelopak mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan
tersebut, karena udara ruangan ber AC akan kering sehingga air mata akan ikut
menguap.
Menurut hasil penelitian, untuk
operator komputer yang bekerja 8 jam per hari terus menerus, ternyata radiasi
yang keluar dari komputer (khususnya sinar-X) sangat rendah yaitu sekitar
0,01739 m Rem per tahun. Harga tersebut jauh lebih rendah dari pada radiasi
yang berasal dari sinar kosmis dan dari radiasi bumi (terresterial radiation)
yang berkisar 145 m Rem per tahun. Sedangkan laju dosis radiasi yang diizinkan
untuk masyarakat umum adalah 500 m Rem per tahun. Akhir-akhir ini banyak dijual
kaca filter untuk layar monitor yang dipromosikan sebagai filter radiasi yang
keluar darikomputer. Kaca filter yang dijual di pasaran lebih sesuai sebagai
filter kesilauan (glare) dari cahaya layar komputer, bukan sebagai filter
radiasi.
Efek Ketergantungan
Teknologi yang kian berkembang juga
dapat menimbulkan timbal balik yang bersifat negatif seperti sifat
ketergantungan.Para pengkonsumsi obat antibiotik yang banyak beredar di
masyarakat ternyata tidak semata-mata hanya mengurangi keluhan yang ada tetapi
juga menimbulkan ketergantungan dengan intensitas yang berbeda-beda dari
masing-masing jenis antibiotik. Tidak hanya sampai pada hal tersebut, akan
tetapi timbulah suatu kemungkinan yang menyebabkan penyakit tersebut memiliki
tingkat kekebalan terhadap antibiotik tertentu.
Pengaruh negatif lain bagi anak,
adalah kecendrungan munculnya ‘kecanduan’ anak pada komputer. Kecanduan bermain
komputer ditengarai memicu anak menjadi malas menulis, menggambar ataupun
melakukan aktivitas sosial.
Begitu halnya dengan kecanduan komputer
yang didominasi oleh usia dini. Kecanduan bermain komputer bisa terjadi terutama
karena sejak awal orang tua tidak membuat aturan bermain komputer. Seharusnya,
orang tua perlu membuat kesepakatan dengan anak soal waktu bermain komputer.
Misalnya, anak boleh bermain komputer sepulang sekolah setelah selesai
mengerjakan PR hanya selama satu jam. Waktu yang lebih longgar dapat diberikan
pada hari libur.
Pengaturan waktu ini perlu dilakukan
agar anak tidak berpikir bahwa bermain komputer adalah satu-satunya kegiatan
yang menarik bagi anak. Pengaturan ini perlu diperhatikan secara ketat oleh
orang tua, setidaknya sampai anak berusia 12 tahun. Pada usia yang lebih besar,
diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik demi
mengurangi dampak teknologi ini.
Kesalahan Persepsi Diyakini Oleh Masyarakat
Efek negatif yang juga dapat timbul
karena kesalahan dari persepsi masyarakat dalam mengkaji suatu pengetahuan yang
ia dapatkan. Salah satu contoh yang terjadi di kalangan masyarakat adalah
maraknya keinginan para penikmat kolesterol berlebih. Mereka memiliki anggapan yang
mengatakan bahwa untuk mengurangi berat badan maka salah satu hal yang harus dilakukan
adalah mengurangi jumlah porsi serta kuantiatas makanan yang dikonsumsi. Dengan
tidak mengkonsumsi nasi di beberapa periode tertentu serta menggantikannya
dengan makanan yang memiliki kadar karbohidrat yang lebih rendah.
Ini merupakan suatu persepsi yang
kurang benar di mata peneliti dan pakar nutrisi. Bahwa yang dimaksud sebagai
solusi untuk mengurangi kadar kolesterol adalah disebutkan oleh pakar nutrisi
untuk mengatur pola makan dengan memperhitungkan takaran nutrisi sesuai dengan
kebutuhan energi oleh tubuh. Maka dari hal tersebut, persepsi masyarakat juga
menentukan bagaimana penerapan teknologi yang sedemikian modern tersebut dapat
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Proses Publikasi Perangkat Kesehatan yang Tidak Tepat
Sebuah kalkulator online yang
dikembangkan periset umur panjang di Sekolah Kedokteran Harvard dan Pusat
Kedokteran Boston yang dialamatkan
http://www.livingto100. com, di publikasikan begitu
saja kepada masyarakat. Hal ini akan membawa dampak buruk terhadap masyarakat
yang meyakini bahwa hasil perhitungan kalkulator tersebut benar adanya. Maka
secara psikologis akan mempengaruhi harapan untuk tetap hidup sejahtera.
Berbahagia bagi mereka yang tercatat memiliki umur yang panjang, tidak bagi
yang tercatat sebaliknya.
Kerahasiaan Seseorang Tidak Terjamin
Majunya peradaban teknologi juga
tidak menjamin bahwa penggunanya merasa aman atau terlindungi terhadap sesuatu
yang berhubungan dengan privasi. Sekarang telah diciptakan pula perangkat lunak
yang bisa mengukur risiko kanker payudara bagi wanita. Pasien bisa mengirim
email untuk meminta rekaman medik ke dokter. Namun hal ini masih dinilai
memiliki permasalahan yang kaitannya dengan privasi pasien dan keamanan data
tersebut.
Terganggunya Syaraf
Saraf manusia merupakan organ vital
yang perlu dilindungi. Namun teknologi juga menunjukkan indikasi bahwa dalam
hal ini berbahaya bagi stabilitas syaraf. Slah satu contoh printer yang
menggunakan sistim buble jet kebisingannya relative lebih rendah bila
dibandingkan dengan printer sistim dot matrix. Saat ini printer yang paling
rendah kebisingannya adalah sistim laser printer. Kebisingan yang tinggi dapat
mempengaruhi syaraf manusia dan hal ini dapat berakibat pada kelelahan maupun
rasa nyeri.
Adapun batas kebisingan yang
diizinkan untuk bekerja selama kurang dari 8 jam per hari adalah 80 dB.
Sedangkan ruang kerja yang ideal adalah dengan kebisingan sekitar 40 – 50 dB.
Apabila di dalam ruang kerja terdapat mesin pendingin (AC), maka kebisingan
akan bertambah selain dari suara printer.
Repetitive Strain Injury (RSI)
RSI merupakan sebuah terminologi
yang mengacu pada beberapa variasi keluhan kerangka otot (musculos keletal).
Ini menyangkut keluhan yang dikenal dengan sakit urat otot. RSI meliputi
gangguan lengan atas berkaitan dengan kerja (Work-RelatedUpper Limb Disorders)
dan luka penggunaan berlebihan yang berhubungan dengan kerja (Occupational
Overuse Injuries).
Keluhan ini terutama diderita oleh
para pekerja dengan posisi duduk yang statis saat menggunakan komputer atau
menggunakan gerakan tangan yang berulang (repetitive) setiap hari, beban kerja yang
statis (seperti menggenggam mouse), membiarkan lengan membengkok, dan
sejenisnya dalam waktu yang cukup lama. Ini akan bertambah buruk jika tempat kerja
tidak didesain secara ergonomis, misalnya posisi keyboard dan layar monitor
yang terlalu tinggi atau terlampau rendah, kursi tidak menopang badan untuk
duduk tegak, dan sebagainya.
Hal ini akan semakin parah bila
ditambah lingkungan kerja yang kurang bergerak,kurang istirahat, mengandung
stress tinggi dengan deadline dan laporan rutin serta lainnya. Apalagi jika
Anda perokok, menderita kegemukan (obesitas), lemah otot, memiliki tangan yang
terasa dingin serta kurang berolah raga. Gejala awal RSI dapat muncul pada
berbagai tempat dari pangkal lengan hingga ke ujung tangan. Gejala yang menjadi
tanda peringatan menyangkut: Kesulitan membuka dan menutup tangan,
Otot tangan terasa kaku (misalnya hingga kesulitan mengancing baju), Kesulitan
menggunakan tangan (untuk membalik halaman buku, memutar tombol atau bahkan
memegang mug), Bangun dengan rasa sakit di pergelangan tangan atau mati rasa di
tangan, terutama di awal pagi hari, Tangan terasa dingin, Tangan gemetar
(tremor), Tangan terasa canggung, bergetar atau bahkan mati rasa.
Disamping perkembangan pesat Pengetahuan medis dan berbagai teknologi terkait yang lebih dari
sebelumnya, wabah penyakit menular masih merajalela di dunia. Penyakit-penyakit
mematikan di bawah ini belum terkalahkan.
HIV/AIDS
Sekitar 60 juta orang telah terinfeksi HIV, dan kira-kira 20 juta
orang telah mati akibat AIDS. Selama tahun 2005, ada lima juta kasus
infeksi baru dan lebih dari tiga juta kematian akibat AIDS. Korbannya
mencakup lebih dari 500.000 anak-anak. Sebagian besar korban HIV tidak bisa
memperoleh perawatan yang memadai.
Diare
Dengan sekitar empat miliar kasus setiap tahunnya, diare
digambarkan sebagai pembunuh utama kaum miskin. Penyebabnya adalah berbagai
penyakit menular yang dapat disebarkan melalui air atau makanan yang
terkontaminasi atau kurangnya higiene pribadi. Penularan ini mengakibatkan
kematian lebih dari dua juta orang setiap tahunnya.
Malaria
Setiap tahun, sekitar 300 juta orang jatuh sakit akibat
malaria. Kira-kira satu juta korbannya meninggal setiap tahun, yang
kebanyakan adalah anak-anak. Di Afrika, satu anak mati akibat malaria setiap
kira-kira 30 detik. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ”sains masih
belum memiliki obat mujarab untuk malaria dan banyak orang meragukan apakah
satu obat spesifik demikian akan pernah ada”.
Campak
Selama tahun 2003, campak membunuh lebih dari 500.000 orang. Campak
adalah penyebab utama kematian anak-anak karena sangat mudah menular. Setiap
tahun, sekitar 30 juta orang terkena campak. Ironisnya, vaksin campak yang
manjur dan murah sudah tersedia sejak 40 tahun yang lalu.
Pneumonia
Menurut WHO, ada lebih banyak anak yang meninggal karena pneumonia
atau radang paru-paru daripada penyakit menular lainnya. Sekitar dua juta anak
balita mati akibat pneumonia setiap tahunnya. Sebagian besar terjadi di Afrika
dan Asia Tenggara. Di banyak bagian dunia, para korban tidak bisa mendapatkan
perawatan medis yang dapat menyelamatkan kehidupan karena sulitnya memperoleh
fasilitas kesehatan.
Tuberkulosis
Pada tahun 2003, tuberkulosis (TB) mengakibatkan kematian lebih
dari 1.700.000 orang. Yang sangat mengkhawatirkan kalangan medis adalah
munculnya kuman TB yang kebal obat. Beberapa jenis kuman telah menjadi kebal
terhadap semua obat anti-TB yang utama. Jenis kuman yang kebal obat ini
berkembang dalam diri pasien yang menjalani pengobatan yang tidak diawasi
dengan baik atau yang tidak tuntas.
No comments:
Post a Comment