Mengapa kamu tak juga mengerti?
Betapa menyedihkan aku sebagai hujan
Terlahir dari wajah langit yang murung
Dan selalu ditakdirkan untuk terjatuh
Tahukah kau, itu sangat menyakitkan?
Sebagai hujan
Halilintar adalah teriakan cintaku
Sedang kau menganggapnya kutukan
Bukankah itu memilukan?
Bagiku dan hatiku
Aku dingin karena diriku sendiri
Saat menyentuh bumi, terinjak hentak-hentak kaki
Aku terbuang, kotor,
Menggenang dan hilang
Dimakan terik esok hari
Lalu kau melupakanku,
Setelah hadir pelangi baru
Dan aku dengan sabarnya terjatuh lagi
Saat kau bosan dengan dahagamu
Meski aku tahu kau akan melupakanku kembali
Betapa aku sebagai hujan
Menangisi diriku sendiri
Dengan rinaiku aku membelaimu
Tapi kau mencintai payungmu
Dan mencampakkanku
Sebagai hujan
Aku merasa pilu
Bogor, 20.01.15
No comments:
Post a Comment