Wednesday 26 March 2014

Bertarung Dengan Bayangan



Bertarung Dengan Bayangan
Malam semakin sunyi…. Langit pun mewakili isi hati, gemericik hujan bernyanyi di atap rumah kost menambah rasa pilu. Teringat kata-katanya yang membuat hatiku yakin, tapi seketika keyakinan ini musnah seiring pengkhianatan yang ia lakukan. Dulu di masa silam memang aku pernah melakukan hal yang sama terhadapnya, tapi mengapa baru kini ia membalasnya, disaat tak ada lagi keraguan dihatiku untuknya, terlalu sakit rasanya untuk direnungkan. Ternyata bergelut dengan bayang-bayang lebih mengerikan dibanding perang dengan seribu lawan bersenjata pedang.
Harus ku akui bahwa hati ini sangat membutuhkannya. Tapi disisi lain seolah dia tak berharap untuk mengisi hati ini. Harus bagaimana lagi? Dia lebih nyaman dengan hati yang telah termiliki orang lain. Sedangkan aku? Aku bukan apa-apa baginya. Aku hanya hati yang lemah, hati yang luluh dengan satu kata maaf, hati yang luluh dengan segala kepura-puraan, hati yang sepenuhnya mempercayai kebohongan, hati yang bersedia mengorbankan debarannya.
Sesekali hati ini merindu, tapi mengapa semakin merasa rindu semakin lemah debaran ini. Rasanya hati ini tak ingin berdebar lagi. Lalu untuk apa ia bertahan? Apa yang harus dipertahankan?ada banyak hati yang menginginkan hatiku dan hatinya bersatu. Jika hati tersebut terpisah, akan ada banyak hati yang mengeluh. Mengeluhkan penyesalan. Mengeluhkan keputusan hati yang lemah. Lantas apa yang bisa hati ini perbuat?
Sebaiknya kutanyakan kepada sang Maha Cinta, dalam keheningan di jantung malam, memohon untuk mendapat bimbingan, namun Tuhan berbisik kedalam sukma “bagaimana Aku tidak memberikan rasa sakit kepadamu, sedang hatimu dan hatinya selalu mengkhianati aku, Aku berikan kau Nikmat yang tak terhingga, mana rasa syukurmu? Sampai kuberikan kau setumpuk cobaan, tak juga kau berDzikir kepadaku, mengapa ketika kuberikan rasa sakit itu kau baru menghadapKu? Apa saja yang kau lakukan selama ini?
Aku hanyabisa merenung tanpa ujung.

No comments:

Post a Comment