Sunday, 29 August 2021

PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP JIWA KEAGAMAAN



A.    Pengertian Tradisi

Menurut Shils, tradisi berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini. [1] sedangkan menurut Pasurdi Suparlan, tradisi merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat dan sulit berubah. Meredith Mc.Guire melihat bahwa dalam masyarakat pedesaan umumnya tradisi erat kaitannya dengan agama.

B.     Pengertian Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari budhi yang berarti budi dan akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Adapun istilah culture merupakan istilah bahasa asing yang  sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari bahasa Latin colere yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah bertani. Dari asal arti tersebut yaitu colere kemudian culture, diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengubah dan mengolah alam.[2]
Sedangkan menurut E.B. Tylor, kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan  oleh manusia sebagai amggota masyarakat.[3]

C.    Tradisi keagamaan dan sikap keagamaan
Tradisi keagamaan pada dasarnya merupakan pranata keagamaan yang sudah baku oleh masyarakat pendukungnya. Dengan demikian tradisi keagamaan sudah merupakan kerangka acuan norma dalam kehidupan perilaku masyarakat. Dan tradisi keagamaan sebagai pranata primer dari kebudayaan memang sulit untuk berubah karena keberadaannya didukung oleh bahwa pranata tersebut menyangkut kehormatan, harga diri dan jati diri masyarakat pendukungnya.
Menurut Robert Monk hubungan antara sikap keagamaan dan tradisi keagamaan adalah sikap keagamaan perorangan dalam masyarakat yang menganut suatu keyakinan agama merupakan unsur penopang bagi terbentuknya tradisi keagamaan.
Tradisi keagamaan memberi pengaruh dalam membentuk pengalaman dan kesadaran agama. Sikap keagamaan yang terbentuk oleh tradisi keagamaan merupakan bagian dari pernyataan jati diri seseorang dalam kaitan dengan agama yang dianutnya. Sikap keagamaan ini akan ikut mempengaruhi cara berpikir, cita, rasa, atau penilaian seseorang terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan agama. Tradisi keagamaan dalam pandangan Robert C Monk memiliki dua fungsi utama. Pertama sebagai kekuatan yang mampu membuat kestabilan dan keterpaduan masyarakat maupun individu. Kedua, sebagai agen perubahan dalam masyarakat atau individu.[4]
D.    Kebudayaan dan Era Globalisasi serta Pengaruhnya Terhadap Jiwa Keagamaan
Secara fenomena kebudayaan dalam era globalisasi mengarah kepada nilai-nilai sekuler yang besar pengaruhnya trhadap perkembangan jiwa keagamaan, khususnya di kalangan generasi muda. Misalnya, munculnya sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan agama di kalangan kelompok moderat serta munculnya sikap fanatik keagamaan yang muncul di kelompok fundamental.
Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara menyeluruh dan perubahan itu dihadapi bersama sebagai suatu perubahan yang wajar. Sebab mau tidak mau, siap tidak siap perubahan diperkirakan bakal terjadi. Dikala manusia dihadapkan pada malapetaka sebagai dampak perkembangan dan kemajuan modernisasi dan perkembangan teknologi itu sendiri.
Dalam kondisi seperti itu barangkali manusia mengalami konflik batin secara besar-besaran. Konflik tersebut sebagai dampak ketidak seimbangan antara kemampuan iptek yang menghasilkan kebudayaan materi yang kosong ruhani. Kegoncangan batin ini barangkali akan mempengaruhi kehidupan psikologi manusia. Pada kondisi ini manusia akan mencari ketentraman batin antara lain agama.[5]
E.     Agama Sebagai Unsur Sentral Kebudayaan
Kita telah melihat bahwa agama bis berhubungan dengan perubahan-perubahan dalam berbagai cara yang rumit. Agama dapat merupakan penggerak dan penunjang perubahan atau ia menjadi lawan tangguh yang sangat tegar. Ia dapat pula sangat terlihat dalam perubahan atau berada jauh dari pusat daerah perubahan yang menentukan, atau efeknya dirasakan jauh kemudian.
Agama merupakan aspek sentral dan fundamental dalam kebudayaan dan kebudayaan dalam arti keseluruhan, isi konkrit yang terkandung di dalamnya bisa saja harmonis atau konflik dengan situasi yang ada dalam masyarakat atau dengan proses transformasinya ke depan. Anggapan agama sebagai salah satu unsur inti dalam kebudayaan akan membantu kita meringkas arti penting agama bagi manusia. Seperti kebudayaan, agama pun dapat digambarkan sebagai suatu rancangan dramatis yang berfungsi untuk mendapatkan kembali sense of flux[6] atau gerak yang sinambung dengan cara menanamkan pesan dan proses serentak dengan penampilan tujuan, maksud dan bentuk historis. Agama seperti halnya kebuidayaan, merupakan transformasi simbolis pengalaman.
Agama sebagai unsur penting dalam kebudayaan memberikan bentuk dan arah pada pikiran, perasaan dan tindakan manusia. Ia menyeimbangkan orientasi nilai aspirasi dan ego ideal manusia. Di dalam masyarakat sekuler, ketidakstabilan agama dan nilai yang diturunkannya pada tingkat tertentu akan kian jelasterlihat dan dianggap tidak lagi mungkin melayani masyarakat kuno atau tradisional.


[1] Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: Prenada, 2007). hlm 72
[2] Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000) hlm. 188
[3] Ibid
[4] Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005) hlm.203
[5] Ibid, hlm. 205-210
[6] Benjamin Nelson, Self Imagesand System of Spiritual Direction in the History of European Civilization.

Tuesday, 12 January 2016

GADIS GERIMIS


Perempuan peramu keheningan,
Dinyanyikannya suara senja yang samar
Diiringi sorak sorai camar
Mengantarkan kepergian mentari
Yang berpamitan, melambaikan bias pelangi

Lalu dititipkannya cahaya seluruh pada kecupan
Di kening langit yang lebih jingga dari biasanya
Kemudian padam
Ketika bayangan dan kecupan saling bertubrukan
Saling memburu dan melukai diri sendiri
Lebam tubuhnya, tak lagi berbentuk mereka
Tiba-tiba hitam

Tapi masihlah ada di mata itu
Miniatur matahari yang menyala temaram
yang selalu ditinggalkan orang-orang
yang mereka padamkan pelan-pelan
Mereka lelehkan menjadi butiran
Hampa nyalanya
Mereka kehilangan warna
Hanya tinggal malam

Yang basah seperti pipinya
Dibiarkannya waktu menari
Dalam pelarian ingatan
Tentang mimpi yang robek,
Rusak,
Tak berbentuk,
Lalu lumat
Oleh gerimis panjang
Tak berkesudahan

,
Lia Cgs (Puteri Angin Utara)
Jakarta, 12 Januari 2016
17.32

DI SANA MUSIM SEDANG HITAM

Di dadamu gemuruh badai
Gerimis jatuh bertubi-tubi
lewat ranting kelopak mata
yang menyebar hambar
dan pula getir

Di tanganmu sebilah pedang
untuk menebang langit
yang selalu mendung
membuat angin selalu berkabung
dan di ujung tebing,
adalah kekasihmu yang lama hilang

Tapi di bibirmu
adalah janji yang selalu setia pada luka
membuat cinta yang lusa
selalu entah
dan lagi, lupa

,
Lia Cgs (Puteri Angin Utara)
Jakarta, 12 Januari 2016
13.20

PENYIMPAN PUISI


Disepasang mata sayu
yang gerimis dan dingin
Malam bertandang menerbitkan benam
Disembunyikannya puisi pada wajah
yang selalu tertunduk dan resah

Tentu aku tak bisa membaca!
Bagaimana bisa ia menjadi sangat
penyimpan dan begitu rapi?
Di malam yang menerbitkan benam
Ia bilang tak sendiri lagi,
Bersama puisi yang disimpannya rapi sekali

Dia mencintai puisi-puisi
Entah untuk apa? tapi sungguh
Sebenar-benar cinta yang disembunyikannya
Sementara bintang
Hanya meliriknya kadang-kadang

Ia menjadi sangat penyimpan
Hingga malam benar-benar terbenam
Lalu ketika fajar menggantikan warna kelamnya
Ia menjadi benar-benar tak bernama
Tuhan menyembunyikannya
Hingga malam terbit lagi

,
Lia Cgs (Puteri Angin Utara)
Jakarta, 12 Januari 2016
12.50
waktu indonesia bagian komputer

Monday, 4 January 2016

SETUMPUK PUISI


Aku setumpuk puisi
Dari sekumpulan suara hening yang sepi


Kupeluk sebongkah hati yang entah
Aku terjebak, tak mampu kemana

Malam tibatiba bersinar
Sinar yang entah apa? Api
Bukan, ia tak membakar
Hanya tak padam, dan hangat

Aku setumpuk puisi
Dari angin yang berisik kadang sedikit rusuh

Rasanya seperti badai
Tapi menyejukkan
Dan entah mengapa? Damai

Aku tak lagi mendung
Denganmu
Biarlah malam menjadi milik kita saja

Jakarta, 24122015
01.24

MAAF

; Aku Masih


Maaf aku Masih
Terjaga diantara hitam dan warna
padahal kamu
Sudah

Maaf aku masih
Menjaga mawar yang sebentar lagi
Waktunya tiba, mekar
Padahal kamu tak minta

Malam bersenandung
Doa-doa telah melambung
Namun ada, kerinduan tak berujung
Pecah, semakin tak terbendung

Maafkan aku yang masih
Menarik benangbenang malam
Helai demi helai untuk kurajut
Kubuatkan selimut

Untuk mimpimu
Padahal kamu
Memintaku Satu
Tapi aku masih

Jakarta, 24122015
02.04

Friday, 18 December 2015

SEGORES TAKDIR

Oleh : Puteri Angin Utara



Narpati bagi hati pemimpi
Abulkan cita bagi duka yang kemarin menalam
Waktu semua orang bilang;
"Aku tak percaya kau mampu!!"
Rumah itu tertidur
Ia mendengkurkan detak jam dinding

Aku terikat oleh seutas tali ghaibmu yang indah
Nuansa warna melekat di pelupuk lipas
Riuh, berteriak seperti maniak
Ufuk memerah pipi, kita duduk di meja yang cukup tenang
Pada sudut tempat kita bercakap-cakap

Oh, aku ingat betul aroma teh yang kau suguhkan!
yang membangkitkan dahagaku
Udara masih mengendapkan sisa panas siang hari
Lalu kita berlomba, menampung sebanyak mungkin
Angin yang berhembus lemah, kita tertawa
Walau aku selalu kalah di permainan bingomu

Ya, segores takdir itu membawaku
Bertamasya lagi, di padang beku yang sangat luas
Oasenya cukup tenang walau badai kian berdesis
Bintang di atas, tempat semua ini ditulis

Bogor, 25 Desember 2014